Sosok Wanita Luar Biasa Penyapu Jalan Engku Putri Batam

Sosok Wanita Luar Biasa Penyapu Jalan Engku Putri Batam

Siti penyapu jalan di kawasan Engku Putri Batam Centre (Foto: Batamnews)

Batam - Pagi buta Siti Fatimah sudah bangun dari tidur. Ia bergegas menyiapkan keperluan sarapan anak dan suaminya. 

Setelah semua beres, Siti beranjak meninggalkan kontrakannya di perumahan Cendana, Batam Center, Selasa (6/11/2018).

"Dianter suami perginya, dia kan kerja juga. Jadi barengan perginya," ujar wanita yang wajahnya sudah mulai keriput itu. 

Siti selalu ingat membawa sapu lidi dan serokan. Peralatan itulah selama ini menjadi tumpuan hidup Siti dan dua orang anaknya.

Siti adalah seorang petugas kebersihan di Batam. Ia sudah tujuh tahun bergelut dengan sampah-sampah yang berserakan di tepi jalan. 

Tugas Siti memastikan kebersihan jalan dari mulai lampu merah Simpang Engku Putri hingga ke Simpang Ikan Daun. Setiap hari dia menyapu sepanjang 500 meter.

Bila dihitung-hitung wanita asal Pacitan, Jawa Timur ini, sudah menyapu jalan sepanjang 1.260 kilometer selama tujuh tahun. Atau sejauh perjalanan Batam ke Jakarta.

Bukan hanya itu, dalam satu bulan Siti bisa menghabiskan sapu lidi sebanyak empat tangkai sapu. Mirisnya, sapu itu dia beli sendiri dan uangnya tidak diganti oleh Dinas Kebersihan Kota Batam.

"Ada sih pembagiannya. Tapi karena mungkin ngeliat saya sering beli sendiri, makanya nggak dikasih," ujarnya dengan memasang senyum.

Menjadi seorang penyapu jalan bukan tanpa resiko. Lengah sedikit saja nyawanya bisa melayang. Maklum saja, dia bekerja tidak dilengkapi alat keamanan atau marka jalan.

"Sering sih hampir keserempet, tapi ya risiko mas. Berserah diri aja," kata wanita berusia 49 tahun itu.

Tapi meskipun demikian dia tetap bersyukur. Dia bisa membantu suami menafkahi keluarganya meski maut di depan mata.

Siti memiliki tiga orang anak. Anak tertuanya, Siska berkuliah di Universitas International Batam (UIB) dan sudah memasuki semester akhir.

Biaya kuliahnya mencapai Rp 3,8 juta per semesternya. Meski Siska juga bekerja, itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hari-harinya.

"Bayar SPP sendiri, tapi itu aja kadang nggak cukup. Masih mintak uang minyak juga sama saya," ucapnya sambil terus menyapu.  

Anak kedua masih bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sedangkan si bungsu berada di Jawa. Dia diasuh kakaknya yang belum memiliki momongan setelah sekian lama menikah. 

"Udah nggak sanggup mas kalau biayaain ketiganya, udah serba mahal semuanya di Batam," ucap Siti lagi.

Siti punya pengalaman menarik selama tujuh tahun menjadi petugas kebersihan. Manakala dia mendapatkan cinderamata dari Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo berupa mukena.

"Itu saya seneng kali," ujarnya tersenyum.

Waktu itu dia tidak menyangka dipanggil Presiden dan diberikan mukena langsung olehnya.

Saat itu dia sedang menyapu jalanan di dekat simpang Engku Putri.

"Sampai sekarang mukenanya masih saya simpen, saya pakai, saya rawat baik-baik, saya kasih wangi-wangian terus," kata Siti tersipu.

(ude)

 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews