Toge Penyabungan Paling Dicari

Toge Penyabungan Paling Dicari

Toge panyabungan (Foto: Kumparan)

Kuliner toge panyabungan memang terasa aneh di telinga. Namun di kota Medan, ternyata kuliner yang satu ini termasuk yang paling dicari. Terutama di saat bulan Ramadan.

Toge panyabungan ini dapat dicari di sekitar Masjid Perjuangan 45, pusat penjualan takjil di Kota Medan. Masjid yang berada di Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan tersebut, sudah ramai sejak pukl 15.00 WIB. 

Para pedagang yang berada di sekitar masjid memanggil-manggil pengguna jalan yang  lewat untuk membeli dagangan takjil mereka.

Di sana sudah tersedia berbagai macam penganan untuk berbuka puasa. Mulai dari es buah, gorengan, kue basah, bermacam-macam minuman. 

Dari berbagai macam penganan takjil yang dijajakan, ada satu yang berbeda dengan takjil yang satu ini, yakni Toge Panyabungan. Takjil ini hanya bisa ditemukan ketika bulan puasa tiba. 

Kartini (39), adalah salah satu penjual Toge Penyabungan ini. Ia sudah berjualan sejak 5 tahun silam. Lokasinya pun tak berpindah, ia mengatakan bahwa setiap tahun, posisi  lapaknya selalu di seputar Masjid Perjuangan 45.

“Saya kalau jualan di sini enggak lama-lama, cuma 20 hari. Karena makin lama makin sepi,” ujar Kartini kepada kumparan, Jumat (25/5). 

Kartini menceritakan bahwa pengetahuannya dalam membuat Tauge Panyabungan ini berasal dari keluarganya secara turun-temurun. Banyak yang mengira bahwa Toge Panyabungan adalah jenis yang terdiri dari sayur. Namun siapa sangka bahwa Toge Panyabungan adalah nama makanan dengan cita rasa yang manis dan menyegarkan.

Toge Panyabungan merupakan salah satu makanan khas Mandailing Natal, Sumatera Utara. Makanan yang terdiri dari campuran cendol, candil, tape putih, pulut hitam (ketan hitam), lupis, dan disiram dengan gula aren dan santan.

Kartini merinci, jumlah porsi yang terjual setiap harinya berkisar 50 sampai 70 bungkus. Tergantung tingkat keramaian. Ia menjual Toge Panyabungan tersebut seharga Rp 10 per bungkusnya.

“Harga per bungkusnya enggak mahal kok, Rp 10 ribu saja,” ucapnya.

Dari tingkat kerumitan membuat keseluruhan bahan, Kartini mengaku bahwa tape putih lah yang sangat sulit membuatnya. Karena kalau salah meraciknya, tape putih bisa berakhir di tong sampah, alias tak dapat dikonsumsi.

Sayangnya, kuliner ini sulit dicari di Batam. Hampir tidak ada pedagang yang menjual kuliner yang dikenal lezat tersebut.

(snw)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews