Arab, Eropa dan PBB Kecam Pengakuan Trump Atas Yerusalem

Arab, Eropa dan PBB Kecam Pengakuan Trump Atas Yerusalem

Donald Trump (kiri) menunjukkan surat pengakuan Amerikat terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, London - Negara-negara Arab dan Muslim, PBB serta negara sekutu Amerika Serikat seperti Inggris dan Perancis mengecam pengakuan Presiden Donald Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Mereka menilai hal itu sebagai tindakan provokasi di wilayah yang bergejolak. 

Presiden Mahmoud Abbas mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Abbas mengatakan, Yerusalem adalah ibu kota abadi untuk Palestina.

“Yerusalem adalah ibu kota abadi Palestina,” ujar Abbas tak lama setelah Trump mengumumkan keputusan pengakuan tersebut di Gedung Putih pada Rabu (6/12/2017).

Abbas mengatakan, keputusan Trump tersebut bertentangan dengan upaya AS untuk menjadi penengah dalam upaya damai antara Israel dan Palestina.

“Dengan pengumuman ini, pemerintah Amerika memilih untuk melanggar semua resolusi dan kesepakatan bilateral juga internasional, dan mereka juga memilih untuk melanggar konsensus internasional,” tutur Abbas.

Selama ini, Yerusalem memang menjadi bara dalam sekam bagi proses perdamaian antara Israel dan Palestina. Kedua belah pihak memperebutkan Yerusalem sebagai ibu kota mereka.

Perebutan kota suci bagi umat Muslim dan Kristen itu sudah dimulai sejak lama. Israel akhirnya berhasil merebut Yerusalem saat perang Timur Tengah pada 1967 silam. 
 
Mereka kemudian mencaplok daerah tersebut, tapi tak diakui oleh masyarakat internasional. Untuk menegaskan penolakan tersebut, tak ada negara asing yang mendirikan kantor perwakilannya untuk Israel di Yerusalem.

Sementara Uni Eropa dan PBB juga menyuarakan kekhawatiran atas keputusan Presiden Donald Trump untuk memindahkan Kedutaan Besar AS di Israel ke Yerusalem.

Sebagian besar sekutu AS keluar melawan kebijakan Trump dan kebijakan internasional yang luas mengenai Yerusalem. Inggris, Perancis, Turki, Lebanon, Iran, Indonesia, Qatar, Mesir, Yordania dan sejumlah negara lain mengecam langkah Trump tersebut. 
  
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa tidak ada alternatif untuk solusi dua negara dan Yerusalem adalah masalah status akhir yang harus diselesaikan melalui pembicaraan langsung.

"Saya telah secara konsisten berbicara menentang tindakan sepihak yang akan membahayakan prospek perdamaian bagi orang Israel dan Palestina," kata Guterres. 

"Saya akan melakukan segalanya dengan kekuatan saya untuk mendukung para pemimpin Israel dan Palestina untuk kembali ke perundingan yang berarti," tegasnya.

Ratusan orang berkumpul di luar konsulat AS di Istanbul. Protes tersebut sebagian besar berlangsung damai, meski beberapa demonstran melemparkan koin dan benda lainnya ke konsulat.
 
Keputusan Trump itu juga memantik kemarahan kelompok paramiliter Irak. Menurut kelompok bersenjata ini, keputusan Trump itu dapat jadi alasan yang sah untuk menjadikan tentara AS di Irak sebagai target serangan.

Ancaman itu dilontarkan kelompok paramiliter Syiah Irak, Harakat Hizbullah al-Nujaba, Kamis (7/12/2017).

”Keputusan bodoh Trump akan menjadi percikan besar untuk menyingkirkan entitas ini (Israel) dari tubuh bangsa Islam, dan alasan yang sah untuk menargetkan pasukan Amerika,” kata Akram al-Kaabi, pemimpin organisasi bersenjata Irak tersebut, seperti dikutip Reuters.

Sebelumnya, Presiden Trump semalam mengumumkan bahwa AS secara resmi mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Selanjutnya, Kedutaan Besar AS di Israel akan dipindah dari Tel Aviv ke Yerusalem.

”Saya telah menetapkan bahwa sekarang saatnya untuk secara resmi mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel,” kata Trump dalam pidatonya di Gedung Putih.

”Sementara presiden sebelumnya telah membuat janji kampanye besar ini, mereka gagal menyampaikannya. Hari ini, saya mengantarkan,” ujarnya.

(ind)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews