Apakah Singapura Benar-benar Kota Termahal di Dunia?

Apakah Singapura Benar-benar Kota Termahal di Dunia?

SELAMA empat tahun berturut-turut, Economist Intelligence Unit menempatkan Singapura sebagai negara termahal di dunia. Tetapi apakah negeri itu seburuk berita utama yang barangkali telah Anda percayai selama ini?

Pramuniaga toko di Singapura memiliki kebiasaan untuk memaksa memberikan resi di tangan Anda, apakah Anda membutuhkannya atau tidak. Sebagai hasilnya, setiap penduduk Singapura secara berkala membersihkan dompet atau tas mereka, dan menemukan kenyataan mengerikan tentang tumpukan resi yang mengerikan yang dulunya merupakan uang. Tak ada keraguan ini merupakan kota yang mahal.

Tetapi apakah ini negara yang paling mahal? Itu masih dapat diperdebatkan.

Perspektif Kelas Atas

Bulan lalu, Kota Singa ini menjadi berita utama lagi ketika The Economist Intelligence Unit (EIU) menempatkannya pada urutan teratas dalam Indeks Biaya Hidup di Dunia. Bagaimanapun, indeks ini dibuat untuk sebuah tujuan khusus.

Indeks itu dirancang bagi departemen sumber daya manusia dalam menentukan biaya untuk mengirimkan karyawan dalam perjalanan bisnis atau tugas di luar negeri, seringkali pekerjaan dengan bayaran tinggi.

Secara umum, orang yang mendapatkan biaya perjalanan dinas tidak menggunakan uang seperti kebanyakan dari kita. Ketika Singapura berada di daftar teratas pada 2014, Deputi Perdana Menteri negeri itu, Tharman Shanmugaratnam, menduga bahwa indeks tidak banyak menunjukkan sebuah indikasi harga mahal sebagai sebuah refleksi dari kehidupan mewah para ekspat.

Daftar belanja yang menjadi salah satu dasar penilaian indeks berisi "Keju impor, filet mignon (daging bagian pinggang yang lembut untuk steak) jas hujan setingkat merk Burberry, empat kursi terbaik di gedung teater, makan malam mewah dengan tiga sajian menu untuk empat orang," kata dia.

EIU menyebutkan tentang batasan indeks, dan penulisnya Jon Copestake mengakui ada beberapa 'Premiumisasi.' Tidak ada keharusan yang memaksa seseorang untuk membeli barang yang mahal, terutama jika itu merupakan sebuah mantel yang hangat dan Anda tinggal di daerah khatulistiwa.

"Anda dapat memperoleh barang dengan harga murah di hampir semua wilayah kota di dunia, dan Anda dapat hidup lebih hemat dibandingkan biaya hidup komparatif yang kami terapkan," kata Copestake.

Perbedaan Pandangan

Jadi seberapa murah biaya di Singapura jika Anda tidak membuang uang seperti seorang bankir?

Sebuah kelompok akademisi pada Lee Kuan Yew School for Public Policy di National University of Singapore (NUS) membuat indeks mereka sendiri, yang membedakan antara pekerja ekspat dan lokal. Untuk ekspat ditemukan, Singapura berada di urutan keempat sebagai kota termahal di dunia. Tetapi untuk 'penduduk biasa,' menempati posisi ke-48 di antara Lisbon dan Pittsburgh.

Dalam indeks EIU, Singapura berada di atas kota metropolis lain di dunia untuk satu hal: mobil merupakan harta kekayaan. Pemerintah memiliki sebuah kebijakan dengan sengaja mendongkrak harga mobil untuk membatasi kendaraan dari jalan dan kemacetan. Anda akan membayar sekitar US$70.000 atau Rp930 juta untuk dapat mengesankan setiap orang dengan mobil jenis Suzuki Swift.

Tetapi sebuah kota yang padat dengan transportasi publik yang murah dan dapat dipercaya dan taksi yang terjangkau, sangat masuk akal untuk bepergian tanpa menggunakan kendaraan.

Faktanya, sebagai perbandingan, berkeliling kota di negara lain akan tampak mahal. David Shen merupakan warga Singapura yang bekerja di bidang pemasaran. Dia terkejut dengan mahalnya ongkos perjalanan dalam kota ketika mengunjungi Australia pada Desember lalu.

"Jika Anda berkeliling naik taksi atau Anda menggunakan Uber di sana, sangat mahal," kata dia.

Biaya perjalanan lokal di Singapura sebenarnya sangat terjangkau, sehingga banyak ekspat yang menghemat uang mereka untuk perjalanan berkeliling kota.

"Saya menghabiskan sekitar SG$250 (RP2,3 juta) sebulan untuk taksi dan kereta. Baru-baru ini saya membuat sebuah kalkulasi dan itu sama dengan sekitar setengah dari yang saya habiskan untuk pembayaran mobil dan asuransi di AS," kata Jeremy Mackie, warga AS yang menjabat direktur kreatif pada agensi konten Click2View yang berbasis di Singapura.

Tetap saja, menurut Copestake, jika mobil tidak dihitung, posisi Singapura hanya akan turun ke urutan kesembilan pada indeks EIU. Dia menekankan bahwa kota yang masuk daftar paling mahal cenderung itu-itu saja. Dan jika sebuah kota muncul dari tahun ke tahun, mungkin ada alasannya.

"Sejauh yang saya tahu, itu sebenarnya secara intuitif merupakan indikator yang adil dari biaya hidup di antara berbagai kota, dengan berdasarkan pada dolar AS," kata dia.

Dia mengatakan banyak barang-barang di Singapura tergolong mahal, terutama bahan pangan, pakaian, makanan dan minuman.

Tak Semua Anggur Asam

Kategori yang terakhir, makanan dan minuman, juga sedikit kontroversial. Cukup mudah untuk membayar beberapa ratus dollar per kepala untuk makanan mewah di Singapura, terutama jika Anda ingin minum anggur. Tetapi Anda juga dapat memperoleh makan siang enak dengan harga di bawah SG$5 (Rp47.000). Faktanya, Singapura memiliki restoran dengan bintang Michelin termurah di dunia.

Dan ketika para ekspatriat di Singapura suka mengeluh mengenai harga anggur, ada pilihan yang lebih murah. Anda dapat mencarinya bukan di jam sibuk dengan harga yang bagus, dan Anda juga mendapat sebotol besar bir Tiger di Singapura, dengan harga SG$$5 (Rp47.000) jika Anda tak keberatan untuk duduk di sebuah kursi plastik di sebuah pusat jajajan.

Di sejumlah kota mahal lainnya, makanan dan minuman tampak lebih mahal. Desainer grafis David Walker baru-baru ini pindah dari Singapura ke Zurich. Dia mengatakan harga minuman beralkohol di Zurich menyaingi dan seringkali lebih tinggi dari Singapura. Bukan hal yang luar biasa untuk membayar $20 atau lebih untuk sebuah cocktail. Dan ketika di Singapura, tersedia banyak pilihan makanan murah, tidak seperti di Zurich.

"Di Zurich, tidak ada tempat untuk mendapatkan makanan murah sama sekali," kata dia.

Mahalnya Harga Rumah

Kemudian, ada properti. Kategori ini, salah satu penyebab sakit kepala dalam perencanaan keuangan pribadi bagi banyak orang, ini faktanya tidak dimasukkan dalam kajian EIU (Dan sangat mungkin Hong Kong berada di urutan pertama jika biaya itu dihitung).

Ekspat di Singapura cenderung tinggal di kondominium swasta, yang bisa jadi mahal - menyewa apartemen tiga kamar di daerah populer di River Valley dengan harga mulai dari SG$4.000 (sekitar Rp37juta ) dan sampai SG$7.000 (sekitar Rp66 juta) dan bisa lebih tinggi lagi. Tetapi lebih dari 80% warga Singapura tinggal di blok perumahan bersubsidi yang dikenal dengan HDB (Housing Development Board, Dewan Perumahan Kota, lembaga yang membangunnya).

Bangunan-bangunan ini tidak sama dengan skema perumahan publik yang dapat ditemukan di Barat. Ini merupakan solusi sebuah kota yang padat dengan membangun blok seluas 1.000 meter persegi dan diperuntukkan sebagai semacam starter-kit bagi kelas menengah.

Apartemen HDB bisa sekadar dilengkapi kebutuhan dasar atau dilengkapi keyamanan - tergantung dari pemiliknya. Menyewa HBD dengan tiga kamar yang berlokasi di tengah kota harganya sekitar SG$2.500 (Rp23juta). Tetapi kondominium privat biasanya memiliki fasilitas seperti kolam renang atau lapangan tenis.

Ada beberapa alasan ketika membeli sebuah flat HDB, tetapi Shen mengatakan alasannya adalah secara finansial masuk akal. Apalagi, warga Singapura dapat menarik tabungan pensiun wajib mereka untuk membayarnya, sehingga banyak yang tak merasa berat dalam membayarnya.

"Itu sama sekali bukan merupakan hal yang menggerogoti penghasilan kami," kata dia.

Bandingkanlah dengan London, San Francisco atau Sydney, yang untuk membeli sepetak rumah yang tak layak huni, kita harus membayar US$1,96 juta (Rp26 miliar).

Jadi, jika Anda berkunjung atau pindah ke Singapura, jangan terlalu panik dengan harga mahal. Singapura tidak murah, tetapi tidak juga akan membangkrutkan Anda. ***


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews