Marinir Mengamuk, Sembilan Orang Dicambuki, Buntut Kawan Terbunuh di Lokalisasi

Marinir Mengamuk, Sembilan Orang Dicambuki, Buntut Kawan Terbunuh di Lokalisasi

Warga Batam yang dianiaya marinir, Sabtu (14/2/2015). (Foto: Facebook)

Batam - Anggota marinir, Sersan Satu Purniwinanto, tewas ditusuk orang tak dikenal di sebuah tempat pelacuran yang dikenal dengan sebutan 1.001 Malam di Tanjung Uncang, Batam. Akibat tewasnya anggota marinir tersebut, warga sipil menjadi sasaran anggota marinir lainnya.

Kami dak katek salah bae dibecuti (cambuk ),” kata seorang warga Palembang, Sumatera Selatan, seperti dikutip dari Tempo, Sabtu malam, 14 Februari 2015, di rumah tetangganya. Ia masih trauma setelah ditangkap pihak marinir dan dibawa ke hutan, lalu dicambuk dengan kopel dan alat lain. Warga sipil itu dicambuk agar mengaku sebagai pelaku penusukan. 

korban 

Ismail, Wakil Sekretaris Perkumpulan Keluarga Besar Sumatera Selatan, menceritakan penusukan tersebut terjadi pada Jumat malam, 13 Februari 2015, di sebuah tempat hiburan 1.001 Malam yang berlokasi di Tanjung Uncang. 1.001 Malam merupakan lokalisasi yang aktif selama ini di kawasan Nagoya. 

Waktu itu, kata Ismail, pria asal Palembang bermain ke lokasi tersebut kemudian terjadi tabrakan di dalam rumah bordil di sana. Dari tabrakan kecil itu, timbul perang mulut lalu terjadi penusukan.

Akibat tusukan senjata tajam jenis obeng itu, Sersan Satu Purniwinanto banyak mengeluarkan darah, dan tak lama kemudian dinyatakan tewas. Mengetahui anggota marinir Tewas, anggota lainnya—yang diperkirakan berjumlah 200 personel—memburu pelaku. Pemuda asal Palembang sebanyak sebelas orang langsung diculik dan dibawa ke tempat yang tidak diketahui.

"Yang jelas, dari sebelas warga sipil yang diculik, sembilan di antaranya berhasil kembali ke Nagoya, tapi bagian belakang badan hancur karena dibecut oleh anggota marinir," ujar Ismail.

Dua warga Palembang bernama Noval dan Doni belum ditemukan. "Kami minta pihak marinir mengembalikan kedua pemuda tersebut, baik telah menjadi mayat maupun masih hidup," Ismail menegaskan.

korban 

Menurut Ismail, ketika para warga yang diculik pihak marinir itu telah kembali, mereka kemudian melapor ke Polresta Barelang. Ismail membantah pernyataan bahwa marinir tersebut melakukan pengintaian atau melaksanakan tugas sebagai intelijen. Sebab, di lokalisasi itu tidak ada yang perlu diintai. "Bubarkan marinir di Pulau Nipah itu," kata Ismail emosi.

Ismail mengatakan tindakan main culik adalah perbuatan melanggar hak asasi manusia. "Seharusnya praduga tak bersalah dulu. Sebab, negara Indonesia negara hukum, jadi harus tunduk pada hukum," katanya.

Komandan Marinir Batam Mayor Jenderal Farid Washington untuk konfirmasi, telepon selulernya tidak aktif. Tempo masih terus berusaha menghubunginya.

 

[snw]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews