Sosok Misterius Bahrumsyah si Jago Kungfu

Sosok Misterius Bahrumsyah si Jago Kungfu

Bahrumsyah saat tampil di Youtube. (foto: istimewa)

Dalam sebuah tayangan video, sekelompok pasukan menenteng senjata laras panjang. Mereka berada dalam sebuah kamp di kawasan hutan Suriah. Panji Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) terlihat dikibarkan.

Teriakan takbir berulang kali terdengar. Dalam video itu, pasukan terlihat bersemangat meneriakkan yel-yel bernada dukungan kepada ISIS, yang diproklamasikan mantan pentolan Al-Qaeda, Abu Bakar al-Baghdadi.

Sang pengambil gambar, yang hanya terdengar suaranya, menyebut mereka tengah bersiap untuk berperang di Jabal Khilafah atau Gunung Abdul Aziz. Wilayah itu terletak di pinggiran Kota Hasakah, arah timur laut dari Suriah.

Dengan nada santai, kadang diselingi canda, ia memperkenalkan beberapa anggota pasukan ISIS dari Indonesia. Mereka antara lain Abu Urwah, Abu Salman al-Indunisy, dan Abu Abdurahman al-Indunisy.
 
Di lokasi yang sama, sebuah aktivitas kelompok ISIS dari Asia Tenggara juga dirilis melalui tayangan video bertanggal 22 Agustus 2015. Video itu menampilkan Bahrumsyah berorasi untuk memompa darah peperangan anggota ISIS.

Itulah video yang membuat nama Bahrumsyah jadi terkenal.

Saat itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Saud Usman Nasution, saat video tersebut diperlihatkan kepadanya, tidak butuh waktu lama untuk mencermati rekaman video berdurasi 2,23 menit itu. Ia sudah tahu keberadaan orang-orang dalam video tersebut.

Kelompok pasukan ISIS dari Asia Tenggara itu lazim disebut sebagai Katibah Nusantara. Mereka berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Mereka membuat kelompok dan kamp tersendiri karena persamaan rumpun dan bahasa.

"Mereka menamakan diri Katibah Nusantara, artinya yang sepaham. Kayak satu bahasa, yang punya kultur sama. Melayu, Malaysia, Indonesia, Singapura. Karena dengan yang di sana (Suriah) enggak nyambung, enggak menyatu," ujar Saud.

Pembentukan unit ini dilakukan karena personel berbahasa Melayu kian banyak. Sebelumnya, hanya segelintir personel asal Asia Tenggara yang bergabung, salah satunya Ahmad Tarmimi asal Malaysia, yang tewas akibat bom bunuh diri.

Anggota ISIS asal Indonesia yang menjadi pelopor Katibah Nusantara adalah Bahrumsyah alias Abu Ibrahim al-Indunisy dan Rosikien Nur. Jumlah personel pasukan diperkirakan 100 orang pada saat keduanya bergabung.

Laporan terbaru Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) berjudul "Disunity among Indonesian ISIS Supporters and The Risk of More Violence" mencatat Bahrumsyah menjadi pemimpin kelompok ini. Ia memiliki akses langsung ke pemimpin pusat ISIS.

Namun kepemimpinan Bahrumsyah tidak berjalan mulus. Kelompok pasukan ini mengalami perpecahan internal. Seorang pentolan ISIS Indonesia dari Malang, Jawa Timur, Salim Mubarak at-Tamimi alias Abu Jandal al-Yemeni al-Indunisy, menuding Bahrumsyah melakukan korupsi uang operasional pasukan.

Pada April 2015, Abu Jandal mengajak beberapa personel untuk mengadukan perbuatan Bahrumsyah kepada Komite Syariah Provinsi. Ia mendesak agar Bahrumsyah diganti.

Namun, tidak dinyana, Komite Syariah menolak aduan Abu Jandal. Malah ia ditahan selama satu bulan karena dianggap memecah belah Katibah Nusantara.

Keputusan Komite Syariah ini menuai kekecewaan pasukan asal Indonesia dari kubu Abu Jandal. Mereka pun hengkang dari Katibah Nusantara dan membentuk kesatuan sendiri bernama Katibah Masyaariq, yang berpusat di Homs, kota di wilayah barat Suriah.

Kepemimpinan Katibah pun tidak hanya pecah menjadi dua. Satu pendukung ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim, juga memainkan keberpihakan sendiri dengan bersikap netral. Bahrun memutuskan pindah ke Raqqah, kemudian Manbij, tempat berkumpul pasukan ISIS asal Eropa.

Perpecahan itu menyebabkan penyaluran simpatisan ISIS ke Suriah terpecah menjadi tiga jalur: Bahrumsyah, Abu Jandal, serta Bahrun Naim, yang datang ke Suriah paling akhir. 

Mantan terpidana kasus terorisme Muhammad Jibriel Abdul Rahman mengaku mengenal baik Bahrumsyah dan Bahrun Naim. Dua orang itu mempunyai kepribadian sangat berbeda. Bahrumsyah punya sikap sangat keras, sedangkan Bahrun berpenampilan kalem dan tekun mendalami soal Internet.

Kemampuan Bahrun itulah yang mungkin menjadi pertimbangan untuk menduduki posisi penting di ISIS. Apalagi Bahrun Naim tengah mendalami pembuatan bom cair. "Dia sangat pintar dan tekun. Tapi, soal keberangkatan ke Suriah, saya tidak tahu. Dia juga pintar menyimpan sesuatu," ujar Jibriel, demikian dilansir detikX.

Bahrumsyah tewas

Bahrumsyah, dilaporkan tewas pada Senin, 13 Maret 2017 dalam serangan bunuh diri saat menyerang tentara Suriah.

Al-Masdar News memberitakan pria yang berasal dari Indonesia itu, tewas setelah mobil sarat bahan peledak yang ia kemudikan itu meledak saat menuju unit Angkatan Darat Arab Suriah di Palmyra.

ISIS membenarkan berita kematian Bahrumsyah. Tapi dalam sebuah postingan di media sosial, mereka mengklaim serangan "Abu Muhammad al Indonesi" berhasil menyebabkan kerusakan pada musuh mereka.

Abu Muhammad al Indonesi, adalah nama sandi --untuk berperang-- dari Bahrumsyah.

Peneliti teroris, Ridlwan Habib mengatakan, Bahrumsyah bukanlah anak buah teroris Santoso.

"Bahrumsyah beristri tiga. Salah satunya adalah janda tersangka teroris yang ditembak Densus 88 Polri," lanjut Ridlwan yang merupakan alumnus S2 Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia (UI)

Mengenai sosok Bahrumsyah, Ridlwan menyebut, dia pernah mengenyam pendidikan di kampus UIN Ciputat angkatan tahun 2004.

Sejak kuliah di UIN, Bahrumsyah mengikuti olahraga beladiri.

"Dia menguasai beberapa aliran kungfu, seperti wing chun dan jeet kun do," kata Ridlwan. Sayangnya, Ridlwan tidak lulus dari UIN. Ia hanya satu tahun menempuh pendidikan di UIN.

(ind/bbs)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews