Kisah Menegangkan Zanette Selamat dalam Perampokan di Pulomas

Kisah Menegangkan Zanette Selamat dalam Perampokan di Pulomas

Keluarga korban perampokan sadis di Pulomas, Jakarta. (foto: istimewa)

BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - Sebanyak 11 orang disekap hingga enam meninggal dan lima luka di sebuah rumah mewah Jalan Pulomas Utara Nomor 7A, Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur. Salah satu korban selamat adalah Zanette Kalila (13) yang kini dirawat di RS Kartika.

Komisioner KPAI Erlinda sempat menemui Zanette atau biasa disapa Anet. Menurut Erlinda, saat mereka disekap dalam kamar mandi ukuran 1,5 m x 1,5 m, Anet berusaha menguatkan kakaknya untuk bertahan hidup karena berjam-berjam disekap.

"Sang kakak yang sudah tidak kuat karena lemas dan dehidrasi dia hanya bisa teriak dan menggigit adiknya, dia mengungkapkan selah-olah kamu yang harus kuat kamu yang harus selamat, seperti itu. Jadi sang kakak sudah tidak kuat lagi jadi karena dehidrasi dan kekurangan oksigen. Jadi sang kakak menggigit adiknya (tangan sebelah kiri) tanda adiknya harus kuat," kata Erlinda di RS Kartika, Selasa (27/12).

Erlinda melanjutkan, Anet pun sempat menunjukkan bekas gigitan kakaknya. Makna gigitan kakaknya itu agar Anet kuat bertahan hidup.

"Jadi dia sendiri yang cerita sejumlah bagian termasuk orang itu jahat, papa itu enggak bersalah, papa meninggal juga karena sudah tak sanggup bernapas," katanya.

Padahal, lanjut Erlinda, Anet juga berkali-kali mengingatkan kepada mereka yang disekap untuk selalu minum agar selamat. Terlebih, ada 11 orang di dalam kamar mandi yang sempit dan tidak bisa keluar. Anet pun menjadi salah satu korban selamat meski kondisinya saat ditemukan duduk lemas.

"Semua saya rekam sehingga rekaman itu akan saya berikan ke polisi supaya bisa digali lebih lanjut," ucapnya.

Kapolda Metro Jaya Irjen Mochammad Iriawan mengatakan, kejadian itu terungkap setelah kerabat korban bernama Sheila Putri mendengar rintihan minta tolong para korban dari salah satu kamar mandi di rumah tersebut. Mendengar rintihan minta tolong itu, sanksi langsung hal tersebut ke Pospol Kayu Putih.

"Pagi tadi ditemukan karena kerabatnya akan datang dan pintu rumahnya terbuka, lalu masuk ke dalam dan ada suara yang merintih minta tolong dan di dobrak," kata Iriawan.

Kemudian, polisi dan warga sekitar mendatangi rumah itu dan coba mendobrak pintu kamar mandi.

Luthfi, salah satu warga sekitar mengaku ikut mendobrak pintu rumah yang masih dalam keadaan terkunci. Sambil membawa sejumlah peralatan seperti linggis dan kapak, Luthfi mengaku kesulitan merusak pintu karena sangat tebal.

"Linggis enggak bisa, baru bisa kapak saya hantam pakai kapak. Saya mencoba buka pintu. Kunci dihilangin jadinya kita dobrak," ujar Luthfi.

Setelah pintu berhasil didobrak sekitar pukul 10.00 Wib pagi tadi, mereka langsung mendatangi arah suara yang terdengar dari kamar mandi belakang. Saat pintu dibuka, saksi bersama polisi dan warga yang menolong melihat sebelas orang terkapar dan sebagian diantaranya lemas.

"Kalau Diona kayak kena pukulan atau bengep. Dia ibarat ngelawan sampai dia meninggal dunia. Saya lihat darahnya kayak sudah lama. Intinya kejam," ungkapnya.

Dia juga sempat melihat tubuh pemilik rumah Ir Dodi Triono berlumuran darah. Namun dia tak bisa memastikan penyebab darah yang membekas di baju.

"Kalau luka tusuk saya kurang paham. Pak Dodi itu berdarah tapi saya enggak tahu kena luka tusuk apa bukan," katanya.

Saat ditanya soal keberadaan istri Dodi, dia mengaku tak tahu. Sepengetahuannya, Dodi dan istrinya sudah berpisah.

Termasuk korban yang tewas yaitu pemilik rumah Ir Dodi Triono dan. Dia, dua putrinya, seorang tamu, dan dua sopirnya disekap di kamar mandi ukuran kecil.

Saat pintu kamar mandi itu didobrak polisi dibantu warga sekitar, ditemukan enam orang tewas dan lima lainnya lemas. Di tubuh Dodi juga ditemukan bekas darah.

Dari identitas yang ditemukan polisi, Dodi adalah pria kelahiran Jakarta, 17 Mei 1957. Sehari-hari, dia bekerja sebagai pekerja swasta dengan fokus bidang arsitektur dan properti.

Di lingkungannya, Dodi dikenal sebagai RT. Meski berada, Dodi cukup punya hubungan baik dengan warganya.

Dodi sudah dua tahun tinggal di rumah yang menjadi lokasi pembunuhan. Bangunan rumah bercat krem putih itu terdiri dari dua lantai dengan luas tanah diperkirakan mencapai 500 meter persegi.

Rumah itu dikurung pagar hitam yang tingginya lebih kurang 4 meter. Rumah model minimalis itu tepat berada di depan Kali Sunter.

Dari tampak depan, lantai dua terdapat dua ruangan dengan balkot. Rumah itu didominasi kaca-kaca besar yang membuat kesan bangunan semakin mewah. Disebut-sebut, rumah itu juga memiliki kolam renang. Dodi punya dua sopir dan empat asisten rumah tangga.

Dari data sementara, korban meninggal adalah pemilik rumah bernama Ir Dodi Triono, seorang arsitek dan ketua RT setempat. Korban tewas lainnya adalah Diona Arika Andra, anak korban, Dianita Gemma Dzalfayla, anak ketiga korban, Amel, teman anak korban, Yanto dan Tasrok, sopir korban.

Sementara itu, lima korban selamat adalah Emi, Zanette Kslila Azaria, Santi dan pembantu korban bernama Fitriani dan Windy.

(ind/bbs)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews