Kue Apam, Warisan Kuliner Kesultanan Lingga-Riau yang Sarat Makna

Kue Apam, Warisan Kuliner Kesultanan Lingga-Riau yang Sarat Makna

Kue Apam. (Foto: istimewa)

Lingga, Batamnews - Dari masa Kesultanan Lingga-Riau hingga kini, kue apam telah menjadi salah satu kue-mueh tradisional yang melekat dalam kehidupan masyarakat Lingga. Tak hanya sekadar hidangan, kue apam juga kerap dihidangkan dalam berbagai ritual dan memiliki makna yang mendalam.

Kue apam dikenal sebagai sarapan pagi yang lezat, biasanya disantap bersama parutan kelapa. Namun, keberadaannya juga tak terpisahkan dari berbagai acara keagamaan dan tradisi, seperti Manaqib Syaikh Samman, Isra’ Mi’raj, kenduri arwah, dan lain-lain. Di masjid, surau, maupun rumah, kue apam hadir sebagai simbol persatuan dan penguat silaturahmi.

Menurut Kitab Pengetahuan Bahasa karya Raja Ali Haji, kue apam dibuat dari tepung gandum atau jenis tepung lain yang difermentasikan dengan air nira dan ragi. Resep tradisional ini menunjukkan bahwa kue apam juga merupakan simbol kesuburan, kesucian, dan keharmonisan.

Baca juga: Boboko Euis: Warung Nasi Sunda Era 1970 Resmi Layani Pelanggan di Kota Batam

Namun, di era modern ini, pembuatan kue apam mengalami sedikit perubahan. Sulitnya mendapatkan air nira membuat para pembuat kue apam kini lebih memilih menggunakan ibu roti atau pengembang roti sebagai alternatif.

Bahan-bahan membuat kue apam:
- Tepung beras dan tepung gandum
- Ibu roti
- Air putih
- Gula

Cara membuat:
1. Campurkan semua bahan menjadi satu adonan.
2. Tuang adonan ke dalam cetakan dan biarkan mengembang.
3. Setelah mengembang, kukus adonan hingga matang.

Baca juga: Sate Kambing, Mitos atau Fakta? Belum Punya Pasangan Hindari Santapan ini 

Kue apam tak hanya sekadar hidangan, namun juga menjadi bagian dari warisan budaya yang kaya akan makna. Keberadaannya hingga kini menjadi bukti kelestarian tradisi dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Lingga.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews