Kebakaran Lahan Gambut di Pekanbaru Sulit Dipadamkan, Tim Gabungan Butuh 5 Hari

Kebakaran Lahan Gambut di Pekanbaru Sulit Dipadamkan, Tim Gabungan Butuh 5 Hari

Sebanyak dua hektar lahan gambut terbakar di Pekanbaru, butuh waktu lima hari memadamkannya (ilustrasi)

Pekanbaru, Batamnews - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda Pekanbaru, terutama di Kelurahan Air Hitam, Kecamatan Payung Sekaki. Membutuhkan waktu 5 hari bagi tim gabungan untuk memastikan api benar-benar padam di lahan seluas 2 hektare yang terdiri dari tanah gambut.

Kedalaman gambut sekitar 5 meter menjadi tantangan bagi petugas, termasuk anggota Polsek Payung Sekaki yang harus memantau lokasi kebakaran setiap hari.

Baca juga: Kecelakaan di Padang; Ditabrak Kereta Api, Avanza Terperosok ke Sungai, 2 Orang Luka-luka

"Awalnya api telah padam pada hari pertama, yaitu Sabtu (17/6) lalu. Namun, pada hari ketiga, api muncul kembali di lokasi yang berdekatan, sehingga kami harus terus melakukan pemantauan harian," kata Kapolsek Payung Sekaki, AKP Nur Syafniati, pada Kamis (22/6/2023).

Tim Gabungan yang terdiri dari Polsek Payung Sekaki, Polresta Pekanbaru, BPBD, Manggala Agni, dan Masyarakat Peduli Api (MPA), telah melakukan berbagai upaya untuk memadamkan api yang tersembunyi di dalam lapisan gambut tersebut.

Angin kencang dan cuaca panas yang terik semakin memperparah kebakaran. Petugas bekerja sama secara erat untuk mengendalikan api yang ganas.

Lokasi kebakaran juga terpencil dari jalan aspal, sehingga kendaraan roda empat tidak bisa masuk. Proses pemadaman menjadi lebih sulit.

Baca juga: Perayaan ke-50 Kebun Binatang Singapura: Tur Baru Mengenal Serangga di Balik Layar dan ZOObilee Trail

"Lahan yang terbakar seluas 2 hektare dimiliki oleh tiga orang pemilik yang tumpang tindih. Untuk mencapai lokasi kebakaran, harus menempuh jarak sekitar 1 kilometer dari jalan aspal. Kendaraan roda empat tidak dapat masuk, hanya sepeda motor yang bisa melintasi," ujar Nur.

Tim gabungan terdiri dari 15 personel Polri, 11 anggota BPBD, 1 Babinsa, 2 anggota Masyarakat Peduli Api (MPA), dan 7 anggota Manggala Agni. Mereka dilengkapi dengan alat pemadaman yang memadai.

"Kami menggunakan 1 mesin air mini striker, 20 gulung selang, 1 mesin air mini striker, 2 mesin maxthree, dan mini striker. Sumber air tersedia karena lahan tersebut dikelilingi oleh parit," jelas Nur.

Nur menjelaskan bahwa kendala utama yang dihadapi petugas adalah gambut yang sulit dipadamkan. Ketika api di atas tanah berhasil dipadamkan, belum tentu api di dalamnya juga padam.

"Kami harus menyiram api hingga gambut menjadi lumpur baru dapat dipadamkan. Namun, tetap ada potensi api kembali menyala di dalamnya, karena masih ada bara api yang mungkin masih hidup di dalam gambut," terangnya.

Meskipun demikian, Nur dan anggota tim tetap melakukan pemantauan di lokasi lahan yang terbakar. Mereka berusaha mencegah kemungkinan api muncul kembali karena cuaca masih panas dan hujan turun.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews