Rupiah Berpotensi Melemah Menjelang Rapat Dewan Gubernur BI dan Kesaksian Jerome Powell, Pilpres 2024 Jadi Sorotan

Rupiah Berpotensi Melemah Menjelang Rapat Dewan Gubernur BI dan Kesaksian Jerome Powell, Pilpres 2024 Jadi Sorotan

Ilustrasi: Nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak dalam rentang sempit terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan (Foto: via Kontan)

Jakarta, Batamnews.co.id - Nilai tukar Rupiah diperkirakan akan mengalami pelemahan hari ini menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 21-22 Juni 2023. Pelaku pasar juga telah menunjukkan antisipasi terhadap kesaksian dua hari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, di depan Kongres AS.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menegaskan bahwa rupiah cenderung akan berfluktuatif dalam perdagangan hari ini. Namun, ia berpotensi ditutup melemah pada rentang Rp14.080- Rp15.060 per Dolar AS.

Pada hari sebelumnya, penguatan Dolar AS terhadap beberapa mata uang kawasan Asia telah terjadi. Penurunan suku bunga oleh Bank Sentral China yang tidak sesuai harapan tidak mampu meredakan kekhawatiran investor akan perlambatan pertumbuhan perekonomian.

Bank sentral China memotong suku bunga pinjaman sebesar 10 basis poin pada Selasa (20/6/2023) dalam upaya untuk mendukung pemulihan ekonomi yang melambat.

"Namun, penurunan suku bunga ini tidak memuaskan beberapa orang yang khawatir tidak akan cukup untuk memulihkan kepercayaan, khususnya di sektor properti China yang sedang mengalami kemunduran," ucap Ibrahim.

Pelaku pasar saat ini sedang menunggu pernyataan yang akan diucapkan oleh Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, di depan Kongres AS. Isyarat terkait kebijakan moneter AS menjadi fokus utama pengamat pasar.

Di sisi lain, di dalam negeri, isu Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menjadi perbincangan hangat baik di kalangan politisi maupun ekonom. Ibrahim mencatat bahwa sebagian besar calon presiden bukanlah orang-orang yang memiliki pemahaman ekonomi yang mendalam.

Oleh karena itu, mereka membutuhkan calon wakil presiden yang paham tentang perekonomian.

"Tantangan pemimpin baru, baik presiden dan wakil presiden juga tidak akan mudah karena harus menghadapi ketidakpastian global," jelasnya.

Selain itu, Ibrahim menambahkan bahwa masih ada ancaman terhadap komoditas Indonesia dari negara-negara lain seperti Uni Eropa hingga fenomena ancaman el nino.

Calon pemimpin yang pro pada ekonomi harus peka terhadap pertumbuhan ekonomi, termasuk mempertahankan pekerjaan dan kesuksesan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan bukannya melakukan perubahan besar-besaran.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews