Antisipasi Masuknya Teroris, Polda Kepri Tingkatkan Pengawasan Pelabuhan dan Pantai

Antisipasi Masuknya Teroris, Polda Kepri Tingkatkan Pengawasan Pelabuhan dan Pantai

Kapolda Kepri Irjend Pol Sam Budigustian. (Foto: antaranews.com)

BATAMNEWS.CO.ID, Tanjungpinang - Jajaran Polda Kepulauan Riau (Kepri) memastikan memperketat pengawasan dan pengamanan setiap pintu masuk pelabuhan untuk mengantisipasi masuknya teroris. 

Kesiagaan ini berkaitan dengan kondisi  di Marawi, Filipina Selatan, yang hingga hari ini kondisinya masih belum stabil, sebab tentara Filipina sedang menggembur kelompok bersenjata pendukung Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) di Marawi, Filipina Selatan.

Diperkirakan, pendukung-pendukung ISIS yang mulai terdesak akan mencoba melarikan diri ke negara-negara terdekatnya. Di antaranya ke Indonesia, salah satu kawasan yang terdekat dengan Filipina adalah Kepulauan Riau.

Itulah sebabnya, Polda Kepri perlu memantau setiap jengkal pintu masuk Kepri. "Kita sudah mengerahkan kekuatan untuk melakukan pengaman di seluruh pelabuhan yang ada di Kepri," kata Kapolda Kepri Irjend Pol Sam Budigustian usai upacara serah terima Kapolres Tanjungpinang, Rabu (7/6/2017).

Selain memperketat pengawasan di pelabuhan, Kapolda  juga memerintahkan jajarannya di wilayah Kabupaten Anambas dan Lingga untuk memperketat pengawasan serta mengecek atau memeriksa keberadaan para teroris itu.

"Selain kita memeriksa di jalur resmi, kita juga tak menutup kemungkinan mengecek di jalaur pantai, karena pantai kita panjang bisa dimafaatkan dijadikan pintu masuk," ujarnya.

Peningkatan pengamanan ini, menurut Kapolda, memerlukan kerjasama dengan beberapa lembaga yang terkait. Misalnya, bekerja sama dengan Bea Cukai seta Imigrasi.

Kapolda menambahkan, pengawasan yang lebih ketat terutama yang pulang dari Malaysia. "Karena informasi yang  kita dapat banyak warga Indonesia dan Malaysia ikut melakukan pemberontakan di  Mindanao," katanya.

Pengawasan yang menjadi titik perhatian Kapolda Kepri ini memang sangat relevan dengan kondisi yang terjadi di Filipina. Pada pemberontakan yang berkaitan dengan ISIS di Marawi, Filipina Selatan, ini ditengarai melibatkan 38 WNI, empat diantaranya telah tewas.

Sebelumnya, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan enam orang diantaranya dipulangkan otoritas Filipina dan enam lainnya dideportasi.

Selain itu, Setyo mengatakan masih ada 22 orang masih berada di dalam Marawi. "Kemungkinan besar mereka ikut berperang, kita masih selidiki WNI ini berasal dari kelompok mana dan jalur yang membawa mereka ke Filipina, apakah Maute atau Isnilo Hapilon," ujar Setyo.

Isnilon dikenal juga sebagai Abu Abdullah al Filipini, yang merupakan mantan pemimpin kelompok Abu Sayyaf, yang dilaporkan telah bersumpah setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakar al Baghdadi dan disebut sebagai pemimpin pasukan ISIS di Filipina.*** (adi)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews