Dua Korea Gelar Latihan Militer di Tengah Ketegangan Kawasan

Dua Korea Gelar Latihan Militer di Tengah Ketegangan Kawasan

Tentara Korea Utara memberikan penghormatan kepada patung pendiri negara itu Kim Il-sung di Pyongyang. (Foto: KYODO/REUTERS via bbc.com/indonesia)

BATAMNEWS.CO.ID, Seoul - Korea Utara mengadakan latihan penembakan skala besar dalam rangka ulang tahun ke-85 angkatan bersenjata negara itu di tengah ketegangan militer di Semenanjung Korea.

Latihan penembakan skala besar pada Selasa (25/04) itu terpantau oleh otorita negara tetangganya, Korea Selatan.

Disebutkan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan bahwa Korea Utara menggelar "latihan penembakan besar" di kota pelabuhan Wonsan, Korea Utara bagian timur.

Dalam latihan itu, banyak satuan artileri diterjunkan untuk mengikuti latihan militer di Wonsan.

Latihan penembakan dalam rangka ulang tahun ke-85 Angkatan Bersenjata Korea Utara atau Tentara Rakyat diadakan di tengah peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea.

Selama beberapa pekan terakhir Amerika Serikat dan Korea Utara terlibat adu retorika yang panas terkait dengan program nuklir Korea Utara.

Korea Utara semakin sering melakukan uji coba rudal dan nuklir selama beberapa tahun belakangan, meskipun dikritik dan bahkan dikenai sanksi oleh PBB.

Korsel juga gelar latihan

Negara itu berkeinginan untuk menempatkan hulu ledak nuklir pada rudal balistik antarbenua yang dapat mencapai Amerika Serikat.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Korea Utara sebagai ancaman, tidak hanya bagi AS tetapi juga negara-negara tetangga di kawasan Asia.

Bertepatan dengan latihan militer Korea Utara, negara tetangganya yang bermusuhan, Korea Selatan menggelar latihan penembakan dengan kapal-kapal Amerika Serikat.

Warga Korea Selatan tenang

Namun bagi warga Korea Selatan, ketegangan politik dan militer di Semenanjung Korea tidak menjadi perhatian besar dan warga pada umumnya merasa tenang.

"Korea Utara sejak sekitar 70 tahun lalu terus-menerus menimbulkan ketegangan terhadap Korea Selatan. Jadi sekarang rakyat Korea Selatan sudah lama terbiasa dengan ancaman dari Korea Utara," jelas pengamat politik di Korea Selatan, Profesor Yang Seung Yoon dari Universitas Hankook, dalam wawancara dengan wartawan BBC Indonesia, Rohmatin Bonasir.

Bagaimanapun, lanjut Profesor Yang Seung Yoon yang fasih berbahasa Indonesia itu, ketegangan kali ini mestinya disikapi secara berbeda.

"Karena kebijakan dan sikap pemerintah Beijing dan pemerintah baru Amerika Serikat tentu saja tidak sama halnya dengan hal-hal sebelumnya. Jadi pihak Korea Utara juga meningkatkan ketegangan terhadap dunia luar khususnya terhadap Amerika Serikat dan Korea Selatan."

Menurutnya, kunci penyelesaian konflik ini ada di tangan pemerintah Cina yang selama ini menjadi sekutu dekat Korea Utara.

Selain bidang kemiliteran, Korea Utara menghadapi sejumlah masalah yang sangat serius.

"Khususnya di bidang ekonomi nasional; kekurangan valuta asing, kekurangan BBM dan lain sebagainya. Jadi kalau kebijakan embargo dari dunia Barat lewat PBB diikuti oleh pemerintah Beijing, mungkin sekali Korea Utara terpaksa menurunkan ketegangan politik, militer akhir-akhir ini," kata Profesor Yang Seung Yoon. ***

Baca artikel-artikel menarik lainnya di bbc.com/indonesia

Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews