Geger Istana Garuda Jokowi Dikritik Para Arsitek, Gegara Ini!

Geger Istana Garuda Jokowi Dikritik Para Arsitek, Gegara Ini!

Foto: Desain Burung Garuda Istana Negara

Jakarta, Batamnews - Langkah pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) memindahkan Ibu Kota Negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur perlahan mulai terealisasi secara bertahap.

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur memang terus akan dilaksanakan. Bahkan pelaksanaan pengembangan kawasan DKI baru ini akan fokus mendorong peran pengusaha nasional.

Pihaknya menargetkan pada 2024 ibu kota baru bisa mulai dipergunakan meskipun belum semua semua fasilitas dan aktivitas bisa langsung dilaksanakan serta dipastikan bahwa pembangunan di Kaltim ini tetap memperhatikan kelestarian alam.

Salah satu kabar terbaru ialah terungkapnya desain Istana Negara di Ibu Kota Negara (IKN).

Sayangnya, para arsitek dan pemerhati bangunan kemudian memprotes desain bangunan IKN tersebut. Salah satu tuntutan mereka ialah adanya dialog atau forum diskusi mengenai perencanaan IKN secara terbuka dan transparan.

Dilansir dari CNBC Indonesia, protes itu dilayangkan beberapa asosiasi arsitek dalam keterangan resmi. Mereka di antaranya dari Asosiasi Profesi Ikan Arsitek Indonesia, Ikatan Arsitek Indonesia, Green Council Indonesia (GBCI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia (IALI), dan Ikatan Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (IAP).

Ketua Ikatan Arsitek Indonesia, I Ketut Rana Wiarcha, menjelaskan perlunya melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, agar menciptakan rasa kepemilikan masyarakat terhadap keberadaan IKN baru.

Ketut menjelaskan atas publikasi dalam Instagram Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, mengundang ragam reaksi dari para anggota lintas asosiasi profesi. Ada kegelisahan yang perlu disampaikan terkait rancangan Istana Negara.

Beberapa kegelisahan yang disampaikan mulai dari bentuk istana yang berupa burung garuda hingga secara teknis tidak mencirikan pembangunan rendah karbon nan cerdas.

"Bangunan istana negara berbentuk burung Garuda atau menyerupai Garuda merupakan simbol di dalam bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital," jelasnya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (2/4/2021).

Secara arti yang direpresentasikan melalui gedung patung burung tersebut tidak mencerminkan upaya pemerintah dalam mengutamakan forest city atau kota yang berwawasan lingkungan.

Sebab itu, pihaknya dalam lintas asosiasi ini merekomendasikan bentuk Garuda disesuaikan untuk menjadi monumen atau tugu yang menjadi landmark.

Ketut menjelaskan terkait kepentingan awal pembangunan IKN, memulai pembangunan tidak harus melalui bangunan gedung. Bisa dimulai melalui tugu nol yang data ditandai dengan membangun kembali lanskap hutan hujan tropis seperti penanaman pohon endemik Kalimantan.

Selain itu dia mengusulkan untuk desain bangunan istana agar disayembarakan dengan prinsip dan ketentuan desain yang disepakati. Dalam hal perancangan kawasan maupun tata ruang termasuk target menjadi model bangunan sehat beremisi nol.

Respon desainer istana

 

Respons datang dari seniman, Nyoman Nuarta setelah rancangannya menuai kritik dari berbagai asosiasi arsitek di Indonesia.

Dia menceritakan asal mula bentuk burung Garuda Istana Negara yang memenangkan sayembara Istana di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Negara.

Sampai pada akhirnya dinyatakan sebagai pemenang pada 29 Maret 2021 lalu. Kemudian, mulai ramai diperbincangkan oleh banyak mata, baik masyarakat, pengamat, juga para ahli arsitek yang tergabung dalam asosiasi.

Bermula dari, Kamis, 27 Februari 2020, Nyoman mendapatkan undangan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), untuk menghadiri rapat koordinasi sayembara Istana di KIPP Ibu Kota Negara. Undangan ditandatangani Direktur Bina Penataan Bangunan Kementerian PUPR Diana Kusumastuti.

Dalam lampiran surat tertanggal 25 Februari 2020 itu, disebutkan nama-nama pejabat dan ahli yang diundang di antaranya Ketua Satgas Perencanaan Pembangunan Infrastruktur IKN, Ketua Bidang Penataan Kawasan, Gregorius Antar Awal (IAI), Gregorius Supie Yolodi (IAI), Isandra Matin Ahmad (IAI), Sibarani Sofian (MUDO), Nyoman Nuarta, Pierre Natigor Pohan, Grace Christiani, Dian Ratih N Yunianti, M Iqbal Tawakal dan Achmad Reinaldi Nugroh.

Pertemuan itu diadakan di Ruang Rapat Satgas PPI-IKN Gedung Utama Kementerian PUPR Lantai 1, Jalan Pattimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Pusat.

Pada saat itu dipresentasikan tentang rencana sayembara terbatas dengan mengundang arsitek/ahli untuk membahas konsep gagasan desain bangunan gedung khusus di IKN di Kalimantan Timur.

Kala itu para ahli yang diundang dan hadir adalah: Andra Matin, Supie Yolodi, Yori Antar, Nyoman Nuarta, dan Sibarani Sofian, jelas Nyoman. Kelima arsitek dan ahli diminta secara khusus untuk menyampaikan visualisasi konsep gagasan desain bangunan berupa sketsa desain, yang mampu menggambarkan visi dan kriteria bangunan gedung khusus di IKN.

Gedung - gedung yang disayembarakan totalnya 12, antara lain Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, Komplek DPR/MPR/DPD, Mahkamah Agung, Kementerian/Lembaga, Masjid, Gereja Katolik dan Protestan, Pura, Wihara, dan Kelenteng.

"Kami hanya diberi waktu 12 hari untuk mewujudkan konsep gagasan desain dalam bentuk visual, dan harus membuat sekaligus 12 konsep desain," kata Nyoman dalam pernyataan, Kamis (1/4/2021).

Nyoman berhasil membuat 12 konsep desain itu. Tepatnya pada tanggal 5 Maret 2020, Seniman asal Bali ini mengirimkan desain - desain gedung khusus IKN ke Kementerian PUPR di Jakarta.

Kementerian PUPR kemudian meminta kelima arsitek dan ahli untuk mempresentasikan konsep desain gedung khusus IKN pada 10 Maret 2020. Tapi tidak semua arsitek dan ahli yang diundang hadir.

"Ada yang diwakilkan oleh tim mereka. Kami presentasi di depan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono secara bergantian," jelas Nyoman.

Nyoman menjelaskan menurut prosedur hasil dari presentasi konsep gagasan desain gedung di wilayah IKN akan dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo.

Kenapa Garuda?

 

Nyoman teringat akan lambang negara yang diresmikan pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Presiden Soekarno, 11 Februari 1950. Simbol Garuda tidak hanya dikenal dengan burung mitologis, tapi menjelma sebagai pemersatu bangsa.

"Sekarang kalau menyebut nama burung Garuda maka itulah Indonesia," jelas Nyoman.

Lambang Garuda akan menjadi simbol pemersatu bangsa, di mana ditegaskan dalam tulisan yang berada di kaki burung mitologi itu 'Bhineka Tunggal Ika'.

Menurut Nyoman simbol persatuan yang dilekatkan pada Garuda akan ditansformasikan dalam bentuk pola arsitek gedung istana ini.

Dia menjelaskan, sosok burung Garuda yang menjadi inti dari arsitektur Istana Negara akan mengikuti pola-pola sebagaimana telah ditetapkan oleh para founding fathers Indonesia di masa lalu.

Sayap Garuda akan membentang sejauh 200 meter dengan tinggi mencapai 76 meter. Bulu-bulu pada masing-masing sayap Garuda akan berjumlah 17 helai, 8 helai pada bagian ekor, 19 helai pada pangkal ekor, serta 45 helai bulu pada bagian leher.

Pada bagian-bagian lain dari Istana Negara akan diisi dengan museum dan Galeri. Bahkan dirancang pula pameran-pameran untuk memperlihatkan karya- karya dari UMKM.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews