Lima Pulau Ini Pernah Jadi Lokasi Isolasi Penderita Penyakit Menular

Lima Pulau Ini Pernah Jadi Lokasi Isolasi Penderita Penyakit Menular

Salah satu bangunan di kamp Vietnam, Pulau Galang, Kota Batam. (Foto: Batamnews)

Batam - Presiden Joko Widodo menunjuk Pulau Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau menjadi lokasi rumah sakit khusus yang menangani penyakit menular, termasuk virus Corona.

Pulau seluas 312,5 km² ini seolah ditakdirkan menjadi tempat penampungan orang-orang yang kesusahan.

Selama 21 tahun, pulau tersebut dijadikan tempat penampungan Manusia Perahu alias warga Vietnam yang mengungsi akibat perang saudara.

Indonesia bersama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian membangun kamp untuk menampung gelombang pengungsi dari Vietnam.

Mirip di masa lalu, rumah sakit yang direncanakan berada di eks kamp Vietnam juga dipersiapkan untuk menampung penderita dan terduga (suspect) Corona.

Sejauh ini, virus yang mewabah dari Wuhan, China tersebut telah menjangkiti 95 ribu orang dan menewaskan 3.285 orang di seluruh dunia.

Jika nantinya memang rencana pemerintah menjadikan eks kamp Vietnam itu sebagai lokasi observasi dan penanganan pasien Corona, maka Pulau Galang masuk dalam deretan sejumlah pulau di dunia yang digunakan atau pernah dipakai untuk menampung penderita penyakit mematikan.

Berikut sejumlah pulau di dunia yang dijadikan lokasi karantina dan penanganan penderita penyakit mematikan,

1. Kamau Taurua (Selandia Baru)

Pulau ini pernah dipakai untuk mengisolasi penderita cacar pada tahun 1800-an. Saat itu, cacar merupakan penyakit yang mudah menular dan mematikan.

(Foto: Quarantine Island)

Pada era Perang Dunia II, pulau ini juga pernah digunakan untuk mengisolasi para veteran perang. 

2. Pulau Poveglia (Italia)

Wabah pes melanda Eropa pada paruh akhir 1790. Saat itu, otoritas Italia mengkarantina penumpang di dua kapal ke Pulau Poveglia pada 1793. Sejak saat itulah pulau ini dijadikan tempat karantina sementara untuk orang sakit. Baru pada 1805, di bawah kekuasaan Napoleon Bonaparte, Poveglia ditetapkan sebagai tempat karantina permanen.

Bekas bangunan di Pulau Poveglia, Italia. (Foto: ist) 

Pusat karantina ini pun ditutup pada 1814, lalu dijadikan rumah sakit jiwa pada 1922 hingga 1968. Cukup lama mangkrak, banyak yang meyakini pulau ini berhantu. Pada 2014, Poveglia dilelang dan dimenangkan seorang pengusaha bernama Luigi Brugnaro. Sayangnya, kesepakatan ini dibatalkan.

3. Lazzaretto Vecchio (Italia)

Benua Biru pernah digegerkan Wabah Hitam (penyakit pes) yang pertama kali merebak di pelabuhan Mediterania Italia pada 1347. Akibatnya, otoritas Venezia mengisolasi kapal-kapal yang datang selama 40 hari, terinspirasi dari kisah Yesus yang mengembara selama 40 hari melawan godaan setan. Pada 1403, dibangun rumah sakit karantina di pulau khusus di Laguna Venesia. Meski luasnya hanya 2,5 hektar, pulau ini dijadikan tempat karantina hingga tahun 1630.

Pulau Lazzaretto Vecchio. (Foto: Wikipedia)

Dalam proses penggalian untuk pondasi museum pada 2004, ditemukan 1.500 jasad di pulau ini. Diyakini masih ada ribuan jasad lainnya yang masih terkubur di Pulau Karantina ini.

4. Sorokdo (Korea Selatan)

Pulau Sorok atau Sorokdo dijadikan tempat karantina pengidap lepra sejak 1916. Awalnya, hanya sekitar 100 pasien dirawat di sana, kemudian berkembang pesat menjadi 6 ribu pasien. Namun, penanganannya sangat menyedihkan. Mereka dijadikan budak kerja paksa oleh Jepang, dilarang meninggalkan pulau, disterilisasi agar tak beranak-pinak, dan dijadikan kelinci percobaan. Salah satu pasien wanita bahkan sengaja tak diobati begitu sampai di sana hingga 3 tahun berlalu. Pasalnya, mereka ingin mengamati perkembangan penyakit itu. Seluruh pasien yang meninggal pun langsung diautopsi, diteliti, kemudian dikremasi.

Sudut Pulau Sorok di Korea Selatan. (Foto: Wikimapia)

Begitu merdeka dari Jepang, pemerintah Korea Selatan tak mengubah fungsi dan aturan di pulau ini. Bahkan, terjadi insiden misterius yang menewaskan ratusan pengidap lepra pada 1948, 1957, dan 1964. Keadaan baru berubah pada awal 1990an. Meski begitu, rumah sakit di Sorokdo tetap beroperasi hingga saat ini dan menangani sejumlah pasien.

5. Pulau Partridge (Kanada)

Saat wabah kelaparan melanda Irlandia pada 1840an, tak sedikit yang bertaruh nyawa dengan bermigrasi ke negara di benua lainnya, termasuk Kanada, dengan kapal. Tak ayal kapal itu dipenuhi pengidap tifus dan 3 dari 10 penumpang meregang nyawa di kapal. Begitu sampai di Kanada, 15 ribu pengungsi Irlandia diisolasi di Pulau Partridge. Berkat ditemukannya vaksin tifus dan semakin majunya dunia kedokteran, pusat karantina di Pulau Partridge ditutup pada 1942.

Pulau Partridge, Kanada. (Foto: Atlas Obscura)

Karena penanganan mengenaskan di masa lalu, istilah Pulau Karantina pun terkesan mengerikan. Padahal, di zaman sekarang, penanganan karantina tentu manusiawi dan transparan. Mereka yang baru datang dari Wuhan dan kota lainnya di China pun perlu dikarantina untuk memastikan tak membawa virus 2019-NCoV sehingga aman saat berbaur dengan warga lainnya.


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews