Pariwisata Selandia Baru Jadi Sorotan Dunia Gara-gara Gunung Meletus

Pariwisata Selandia Baru Jadi Sorotan Dunia Gara-gara Gunung Meletus

Foto: AP Photo

Auckland - Pariwisata Selandia Baru kini sedang disorot dunia internasional. Hal itu setelah bencana gunung meletus menewaskan belasan turis.

Selandia Baru selama ini dikenal sebagai negara yang punya aneka wisata petualangan, mulai dari ski heli, rafting, balon udara, hingga yang baru-baru ini menelan korban jiwa, wisata ke gunung berapi.

Industri pariwisata memang menjadi andalan Negara Kiwi itu. Sektor pariwisata menyumbang pendapatan terbesar untuk negara yaitu mencapai USD 10,7 miliar atau hampir Rp 150 triliun dengan jumlah kunjungan wisata sebanyak 3,8 juta orang. Dari sekian banyak jenis wisata, wisata petualangan menjadi ujung tombak negara ini.

"Wisata petualangan merupakan sektor besar di Selandia Baru. Kami mempromosikan diri kami sebagai ibu kota petualangan dunia," kata profesor Michael Lueck, ahli wisata dari Auckland University of Technology sebagaimana diwartakan AFP, Senin (16/12/2019).

Kendati wisata petualangan populer di Selandia Baru, tragedi letusan gunung di White Island ini seolah menjadi pengingat bahwa aktivitas wisata itu berisiko dan harusnya dijelaskan pada turis.

Bencana letusan gunung yang menewaskan 16 orang dan menyebabkan puluhan lainnya terkena luka bakar memicu pertanyaan, mengapa turis diizinkan mendekati area gunung padahal ahli sudah mengumumkan bahwa status gunung saat itu ada di level mengancam.

Perusahaan perjalanan seperti White Island Tours mengatakan kalau sebelumnya mereka telah memberitahu dan meminta calon penumpang kapal menandatangani surat pernyataan yang menyatakan bahwa mereka mengetahui risiko yang akan mereka hadapi. Pihak perusahaan juga memberikan helm pengamanan dan masker gas.

Meskipun begitu, keluarga dari penumpang skeptis kalau para penumpang benar-benar paham mengenai potensi bahaya yang harus mereka hadapi.

"Operator dan dewan pariwisata harus membuat wisatawan memahami risiko-risiko ini dan tidak mengabaikan penandatanganan surat pernyataan," kata Lueck.

"Hanya dengan itu wisatawan dapat membuat keputusan berdasarkan informasi dan memutuskan apakah mereka ingin mengambil risiko tertentu atau tidak," tambahnya.

Lebih lanjut, chief executive Tourism Industry Aotearoa, Chris Roberts mengatakan, usaha operator wisata saja tidak cukup untuk meminimalisir risiko kecelakaan dalam kegiatan wisata. Ia menekankan pentingnya budaya keselamatan yang harus dipahami setiap individu.

Ia juga menyarankan untuk memperbaiki sistem peringatan pada White Island yang setiap tahunnya dikunjungi 17 ribu orang itu.

"Tinjauan (bencana) perlu melihat aspek ilmu pengetahuan dan secara spesifik pada pedoman yang diberikan mengenai aktivitas vulkanik, dan apakah operasi wisata yang telah dilakukan selama 30 tahun terakhir itu perlu diubah," kata Roberts.

Sementara itu, opsi ganti rugi hukum juga perlu dibenahi. Saat ini, ganti rugi terbatas di bawah skema dari Komisi Kompensasi Kecelakaan Selandia Baru. Mereka hanya mengganti biaya pengobatan dari korban dan memberikan kompensasi sederhana tetapi tidak mengizinkan gugatan perdata untuk kerusakan yang diakibatkan bencana.

Bencana di White Island yang juga dikenal sebagai pulau Whaakari bukanlah insiden pertama yang menyebabkan turis terluka hingga meninggal di Selandia Baru. Pada 2015, tujuh orang meninggal ketika helikopter menabrak Gletser Fox. Dua tahun sebelumnya, insiden balon udara telah merenggut 11 nyawa. Kemudian tahun ini, sebanyak sembilan orang meninggal ketika pesawat yang mengangkut wisatawan skydiving terjun ke pacuan kuda.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews