Korban Demo Rusuh, Maulana Tewas Karena Asma atau Tindak Kekerasan?

Korban Demo Rusuh, Maulana Tewas Karena Asma atau Tindak Kekerasan?

Maulana Suryadi korban tewas demo rusuh di jakarta.

Jakarta - Maulana Suryadi alias Yadi, pemuda 23 tahun ini meregang nyawa usai pamit kepada ibundanya, Maspupah (49) untuk ikut demonstrasi di Gedung DPR, Rabu (25/9/2019) lalu. Menurut keterangan kepolisian yang diterima Maspupah, Maulana meninggal dunia karena sesak napas yang mengakibatkan asmanya kambuh.

Namun, kerabatnya menemukan kejanggalan, lantaran tubuh Maulana penuh luka lebam serta adanya pendarahan dari bagian hidung dan telinga yang terus terjadi, bahkan hingga merembes ke kain kafan.

Menurut dr. Ayodya Heristyorini kejanggalan atas kematian korban bisa didapatkan setelah dilakukan pemeriksaan lebih mendalam.

"Kalau misalnya ini dianggap kematian tidak wajar biasanya dilakukan pemeriksaan forensik. Pemeriksaan forensik juga bukan dengan autopsi saja. Ada pemeriksaan luar jenazah, ada tidak luka-luka di luar tubuh secara kasat mata. Kemudian dilihat riwayat penyakitnya, apakah pernah dirawat akibat penyakit asmanya. Ada enggak bekas infusan atau luka pernah diperban," kata Ayodya saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (4/10).

Wanita lulusan S1 Queen Mary, Universitas London (QMUL) jurusan Forensic Medical Sciences ini melanjutkan, selain pemeriksaan luar dan autopsi, temuan-temuan di TKP atau lokasi korban ditemukan juga harus diperiksa untuk menguatkan penyebab kematian.

"Pemeriksaan di TKP hal-hal yang menguatkan. Misalnya apakah korban terluka saat ikut demo atau luka dari tempat lain lalu dibawa ke tempat demo. Itu kan juga mempengaruhi pemeriksaan," jelasnya.

 

Soal Rembesan Darah yang Terus Keluar

Untuk pendarahan yang terjadi, Ayodya menilai hal itu disebabkan adanya pembuluh darah yang pecah.

"Namanya orang sudah dalam kondisi mati, segala kegiatan sel-sel tubuh maupun organ itu juga berhenti. Salah satu yang itu penggumpalan darah. Artinya darah kita kalau ada luka apalagi menganga maka ada rembesan darahnya karena enggak membeku atau mengental. Karena kegiatan itu terhenti," paparnya.

Saat ditanya apakah mungkin penyakit asma yang kambuh bisa serta merta menyebabkan keluarnya darah yang tidak kunjung berhenti, Ayodya menjawab segala kemungkinan bisa terjadi.

"Namanya orang sudah dalam kondisi mati, segala kegiatan sel-sel tubuh maupun organ itu juga terhenti. Salah satu yang berhenti yaitu proses penggumpalan darah. Artinya kalau ada luka atau pembuluh darah sobek maka darah yang keluar tidak akan bisa membeku atau mengental. Karena kegiatan itu kan terhenti, jadi pasti keluar terus darahnya," paparnya.

Kemungkinan lain, lanjut Ayodya, setelah kematian organ tubuh langsung mengalami proses pembusukan. "Jadi kalau dalam proses-proses tersebut begitu sel-sel mati ya organ-organ mulai mati dan mengalami pembusukan. Banyak jaringan yang terurai, meski baru satu atau dua hari pertama.

 

Asma Bisa Sebabkan Kematian Mendadak

Di samping itu, wanita lulusan S2 University College London ini mengatakan kemungkinan seseorang meninggal karena penyakit asmanya kambuh bisa saja terjadi. Tergantung kondisi jenazah sebelum ajal menjemput.

"Asma sendiri macam-macamnya ada banyak. Ada asma ringan, sedang dan berat. Asma ini juga bisa menyebabkan kematian mendadak. Misalnya, dia dari jam 1 siang mulai merasa sesak lalu 3 jam kemudian meninggal. Itu bisa," jelasnya.

"Asma itu sendiri pengertiannya suatu inflamasi pada saluran napas yang menghalangi pertukaran udara, makanya gejalanya sesak. Dalam inflamasi itu banyak yang memicu, seperti alergi, karena terlalu ramai jadi menyebabkan sesak napas, trauma atau dipukulin juga bisa," tuturnya.

Ayodya menarik kesimpulan dalam kasus tersebut yakni, lebam yang ada pada mayat merupakan hal wajar. "Karena 1-2 jam setelah proses kematian lebam memang akan timbul. Jadi memang banyak orang salah kaprah seperti saat memandikan jenazah dia melihat di mayat ada biru-biru, lebam. Lalu bertanya-tanya apa karena ada sesuatu, padahal lebam mayat itu proses alami," jelasnya.

 

Polda Metro Bantah Maulana Dianiaya Anggotanya

Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono membantah Maulana tewas usai dianiaya polisi. Ia meyakini, tubuh Maulana bersih tidak ada luka-luka.

"Ibu kandung almarhum, Maspupah, datang ke rumah sakit polri melihat jenazah anaknya untuk dibawa pulang. Ia lihat sendiri tidak ada tanda-tanda kekerasan pada jenazah anaknya," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (4/10).

Ia berdalih polisi sudah menawarkan keluarga Maulana untuk melakukan autopsi. Namun ditolak.

"Ibu kandungnya tidak mau (Maulana) diautopsi, karena memang anaknya punya riwayat sesak napas. Ada pernyataan ditandatangani di atas materai Rp 6.000," dalih Argo.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews