Mulai Gentar, Google Lobi agar Bisa Kerja Sama dengan Huawei

Mulai Gentar, Google Lobi agar Bisa Kerja Sama dengan Huawei

San Fransisco - Manajemen Google mengatakan keputusan pemerintah Amerika Serikat untuk melarang penggunaan komponen oleh Huawei menimbulkan risiko keamanan siber.

“Google bergumentasi penghentian kerja sama dengan Huawei akan menimbulkan dua jenis sistem operasi Android yang orisinal dan hibrida, yang justru bakal memiliki lebih banyak bugs dan mudah diretas oleh Cina,” kata seorang pejabat seperti dilansir Los Angeles Times pada Jumat, 7 Juni 2019.

Menurut tiga orang yang mengetahui upaya lobi Google kepada pemerintah AS, manajemen perusahaan mesin pencari terbesar dunia itu meminta dikecualikan dari pelarangan kerja sama dengan Huawei.

Ini terkait keputusan Presiden AS, Donald Trump, yang melarang penjualan komponen teknologi canggih dan piranti lunak kepada Huawei tanpa persetujuan pemerintah.

Keputusan ini keluar setelah terjadinya masalah dalam negosiasi dagang AS dan Cina untuk mengakhiri perang dagang yang telah berlangsung sejak Juli 2018.

Menurut manajemen Google, sistem operasi Android yang dikembangkan Huawei bakal lebih mudah terkena peretasan. Manajemen Huawei telah menyatakan akan menggunakan sistem operasi buatan sendiri jika dilarang menggunakan Android.

Secara terpisah, perusahaan Facebook Inc telah memutuskan untuk tidak memasang aplikasi rancangannya di telepon genggam buatan Huawei.

Keputusan ini menjadi pukulan terbaru bagi perusahaan manufatktur teknologi telekomunikasi asal Cina, yang berusaha mempertahankan bisnisnya di tengah larangan pemerintah AS.

Sebelumnya, pemerintah AS telah melarang semua entitas bisnis untuk menjual komponen teknologi canggih dan piranti lunak apapun kepada Huawei tanpa persetujuan pemerintah.

“Langkah Facebook itu melemahkan kinerja penjualan ponsel Huawei, yang menjadi kontribusi utama pendapatan perusahaan itu di Eropa dan Asia pada 2018,” begitu dilansir Reuters pada Jumat, 7 Juni 2019.

Menurut manajemen Facebook, para pengguna ponsel Huawei masih bisa menggunakan aplikasi dan menerima update. Namun, ponsel Huawei yang baru tidak lagi bisa memasang pre-install Facebook, WhatsApp, dan Instagram.

Vendor ponsel kerap membuat kesepakatan bisnis untuk pre-install aplikasi populer seperti Facebook. Aplikasi populer lainnya seperti Twitter, dan Booking.com juga terpasang di ponsel Huawei di berbagai negara.

Manajemen Twitter dan Booking.com enggan berkomentas soal langkah Facebook ini. Sedangkan manajemen Huawei menolak berkomentar.

Meski aplikasi pre-installed Facebook tidak lagi terpasang di ponsel Huawei, para pengguna ponsel ini masih bisa mengunduh aplikasi itu setelah membeli ponsel. Ini bisa dilakukan dengan mengakses aplikasi Google Playstore.

Namun, ponsel generasi baru Huawei nantinya tidak lagi bisa mengakses aplikasi Google Playstore kecuali pemerintah AS mengubah kebijakannya.

Sebelum Facebook, perusahaan digital raksasa seperti Google Inc juga telah menyatakan tidak akan menyediakan piranti lunak Android untuk ponsel Huawei karena adanya larangan dari pemerintah AS.

Namun, aplikasi Playstore Google dan semua aplikasi Google masih tersedia untuk semua jenis ponsel Huawei yang beredar saat ini.

Larangan pemerintah AS itu berlaku sejak Mei 2019 dan merupakan bagian dari kampanye panjang melawan perusahaan asal Cina ini. Pemerintah AS menuding Huawei terlalu dekat dengan pemerintah Cina dan peralatan jaringan telekomunikasi yang dibuat perusahaan itu bisa menjadi akses kegiatan espionase.

Manajemen Huawei telah menolak tudingan ini. Manajemen juga menyatakan telah bersiap menghadapi larangan penjualan komponen canggih dan akan berusaha mencari jalan keluar. Salah satunya adalah menggunakan komponen buatan sendiri, yang telah disiapkan beberapa tahun sebelumnya.

Menurut beberapa pelanggan di Eropa dan Asia, mereka enggan membeli ponsel Huawei karena adanya ketidakpastian ini. Beberapa analis memprediksi Huawei bakal mengalami penurunan penjualan ponsel secara signifikan.

Selain soal larangan ini, bekas Direktur Keuangan Huawei, Meng Wanzhou, sedang menjalani proses persidangan terkait permintaan ekstradisi oleh otoritas AS. Seperti dilansir Globe and Mail, otoritas AS menuding Meng membantu pengerjaan proye pembangunan jaringan telekomunikasi di Iran. Pembayaran atas pengerjaan proyek ini menggunakan jaringan perbankan AS.

(*)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews