Pilgub Kepri 2015

Hasil Survei INES di Kepri Diragukan

Hasil Survei INES di Kepri Diragukan

Ilustrasi survei

BATAMNEWS.CO.ID, Batam  - Menjelang pelaksanaan Pilkada serentak yang berlangsung di berbagai daerah, termasuk di Kepri 9 Desember mendatang, beberapa lembaga survei bermunculan melakukan survei atas elektabilitas dan popularitas calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Di antara beberapa lembaga survei tersebut adalah Lembaga Survei Kebijakan Publik (LSKP), Saiful Mujani Research & Consulting, dan terbaru adalah Indonesia  Network  Election  Survey  (INES).

Namun survei yang dilakukan INES baru-baru ini yang menempatkan bakal calon Gubernur Kepri Soerya Respationo di posisi teratas, disorot berbagai pihak dan hasilnya patut dipertanyakan.

Pengamat politik The Political Literacy Institute Adi Prayitno mengatakan, rekam jejak INES bisa dilihat pada saat pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 lalu. Saat itu, survei INES  selalu mengunggulkan Prabowo Subianto, bahkan jauh di   atas Joko Widodo.

“Padahal mereka sebenarnya tak melakukan survei lapangan.  Tiba-tiba muncul rilis survei. Cek saja pengakuan mantan direkturnya (Irwan Suhanto) saat itu,” kata Adi ketika dihubungi, Rabu (10/6/2015).

Menurutnya, pengakuan mantan direktur INES itu seolah  membuka kedok di balik setiap rilis survei yang mereka keluarkan. Akibatnya, data-data mereka sulit dipercaya karena sebelumnya pernah melakukan kebohongan publik.

“Track record lembaga survei itu penting. Sekali terbongkar melakukan manipulasi data, maka secara moral, etika, dan ilmiah tak bisa dipercaya lagi,” tegas Adi.

Karena itu,  dia mengingatkan masyarakat agar hati-hati  membaca hasil survei, karena tak sedikit lembaga survei yang berani melakukan kebohongan dengan merilis hasilnya ke publik.

Ini terutama terjadi  dalam survei pendahuluan jauh sebelum memasuki masa kampanye. “Jelang  Pilkada  serentak memang  banyak rilis survei dari lembaga yang belum teruji kredibilitasnya. Mereka berani tampil karena pelaksanaan kampanye masih jauh. Jika ternyata nanti hasilnya salah, alasannya akan macam-macam,” ungkapnya.

Sementara itu, peneliti sekaligus tenaga lapangan survei yang sering melakukan survei di Kepri Syafaraji mengemukakan, ada  kejanggalan dalam survei INES tersebut.  Salah satunya, periode  survei yang terlampau singkat dengan beban sampel 1.250 responden.

“Agak janggal karena itu hanya dilakukan 10 hari. Padahal medan di Kepri cukup sulit, terdiri dari berbagai pulau yang jauh-jauh. Beda dengan di Jawa atau daerah lain,” katanya.

Hal lain yang juga agak meragukan yakni soal jeda waktu dari pengambilan data dengan rilis yang disebarkan. Survei itu baru dirilis tanggal 6 Juni, atau Sabtu malam.

“Nah, surveinya dari tanggal 27 April sampai 8 Mei lalu. Jadi ada jeda satu bulan. Padahal biasanya pengolahan data waktunya tak jauh beda dengan pengambilan data,” urainya.

Karenanya,  Syafaraji tidak yakin data itu masih relevan untuk  dikonsumsi  publik. Sehingga, kata dia, tidak salah jika sebagian pihak mencurigai ada motif lain di balik rilis  tersebut. “Bisa saja  motifnya untuk memengaruhi partai  politik agar didukung. Atau menggiring opini publik,” tandasnya.

Sebelumnya, INES mengeluarkan rilis survei Pilgub Kepri 2015, belum lama ini. Hasilnya, dari  beberapa figur yang akan maju, elektabilitas Soerya Respationo mencapai 31,3 persen, jauh unggul dibanding figur lain seperti Muhammad Sani 14,1 persen, dan Ansar Ahmad 9,7 persen.

Survei melibatkan 1.250 responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Pihak INES menyatakan bekerjasama dengan ANES (America Network Election Survei) dalam menyelenggarakan survei di seluruh wilayah Kepri.


[asd]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews