Mengenal Sugar Daddy, Penjerat Perempuan dengan Gelimang Uang

Mengenal Sugar Daddy, Penjerat Perempuan dengan Gelimang Uang

Sugar Daddy dan Sugar Baby-nya (foto: www.look.co.uk)

Jakarta - Tak ada wanita yang benar-benar ingin menjadi pelepas nafsu birahi dari berbagai macam pria dewasa. Namun kerasnya pergaulan di Ibu Kota, siapa saja bisa terjebak dalam lingkaran dunia hitam.

Tak salah bila ada pepatah yang menyebut cobaan terbesar laki-laki adalah harta, tahta, dan wanita. Saat harta cukup atau bahkan berlebih, peluang untuk berselingkuh atau menjalin hubungan tak halal dengan wanita lain jauh lebih besar.

Seorang pengguna Twitter membuat ramai dunia maya lewat pengakuannya saat menjalin hubungan spesial dengan seorang pria yang lebih tua beberapa waktu lalu. Dia menyebut si pria sebagai seorang sugar daddy. 

Sugar daddy merupakan istilah slang merujuk pada pria dewasa yang menghabiskan banyak uang untuk pacarnya yang berusia jauh lebih muda.

Tidak diketahui pasti sejak kapan istilah ini muncul. Namun dalam suatu kolom di Reporterherald, istilah sugar daddy disebut berasal dari kisah pernikahan seorang pengusaha gula yang kaya raya asal Amerika Serikat bernama Adolph Spreckels. 
Adolph menikah dengan seorang perempuan yang berusia 24 tahun lebih muda, Alma, pada tahun 1908. 

Di Indonesia, fenomena sugar daddy bukanlah hal baru. Menurut psikolog Elizabeth Santosa sugar daddy sudah ada sejak lama namun dengan istilah yang berbeda.

“Itu sih bukan hal baru ya. Cuma berbeda istilah saja, karena (sugar daddy) itu kan istilah dari luar (negeri). Korbannya itu bisa remaja, buat jajan, buat shopping, buat senang-senang, bisa buat sekolah,” ujar Elizabeth saat berbincang dengan kumparan.

Baca juga:

Polisi Sukabumi: Nining Hilang karena Peristiwa Mistik Adalah Rekayasa

KPU Bintan Sepi, Belum Ada Parpol Daftarkan Bacaleg

 

Bagaimana Sugar Daddy Menjerat?

Elizabeth mengatakan, selain uang, banyak faktor yang menyebabkan seorang perempuan bisa terjerat hubungan dengan sugar daddy. Bukan rahasia lagi memang, bila penanda hubungan semacam ini adalah banyak pemberian uang ataupun hadiah dari daddy kepada baby-nya.

“Kalau baby-nya kebanyakan memang karena uang ya, tapi bisa juga karena tren, senang-senang,” papar Elizabeth.

Selain itu, ia menekankan bahwa terdapat peran orang tua dalam terjalinnya suatu hubungan antara sugar daddy dan sugar baby. Kurangnya perhatian orang tua, disebutnya menjadi faktor pemicu seorang anak rela menjadi sugar baby terlebih jika masih berusia remaja.

Sugar Daddy Jaman Now

Pola gaya hidup, menurut Elizabeth menjadi poin penting dalam lingkaran hubungan daddy dan baby. Ia membandingkan, dahulu keterbatasan ekonomi jadi alasan perempuan untuk menjadi seorang baby, namun belakangan, hal itu juga dilakukan oleh mereka yang dari kalangan berada.

“Kalau sekarang, lebih kepada pemenuhan gaya hidup hedonis. Karena banyak dari mereka yang sebenarnya orang tuanya mampu, cukup untuk sekolah dan makan. Ini untuk memenuhi gaya hidup hedonis dan hura-hura saja,” tuturnya. 

Baca berita menarik lainnya di kumparan.com

(*)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews