Bagaimana Cara Alat Bicara Stephen Hawking Bekerja?

Bagaimana Cara Alat Bicara Stephen Hawking Bekerja?

Stephen Hawking (Foto: Reuters / Lucas Jackson)

Profesor Stephen Hawking meninggal dunia di usia 76 tahun, Rabu (14/3/2018). Dia baru saja merayakan ulang tahunnya pada 8 Januari lalu.

Fisikawan yang kisah hidupnya diangkat dalam film The Theory of Everything ini selama ini mengalami keterbatasan berbicara. Ia hanya menggunakan sebuah alat yang bisa mentransformasi isi kepalanya menjadi sebuah kalimat.

Seorang ilmuwan Amerika akan mengungkapkan secara terperinci pola kerja dari otak Prof. Stephen Hawking yang dia sebut sebagai faktor di balik kemampuan sang fisikawan itu dalam berkomunikasi.

BBC melaporkan Prof. Philip Low berharap Prof. Hawking bisa menuliskan kata-katanya dengan otaknya sebagai alternatif bagi sistem wicaranya selama ini yang menafsirkan gerakan otot pipinya.

Prof. Low mengatakan inovasi ini akan mencegah risiko sindroma terkurung. Intel tengah mengerjakan cara alternatif ini.

Stephen Hawking didiagnosis terserang gangguan neuron motorik pada 1963. Pada 1980-an dia mampu menggunakan gerakan jarinya untuk memindahkan kursor komputer guna menuliskan kalimat.

Kondisinya terus memburuk sehingga dia harus menggunakan satu sistem yang mendeteksi gerakan pada pipi kanannya melalui sensor inframerah yang ada pada kacamatanya yang memetakan perubahan-perubahan pada cahaya.

Karena saraf wajahnya terus memperburuk kemampua berbicaranya dengan kecepatan satu kata per menit, maka dibutuhkan cara lain untuk mengatasinya.

Yang ditakutkan adalah Stephen Hawking akhirnya sama sekali kehilangan kemampuan berkomunikasi lewat gerakan tubuh, sehingga otaknya efektif terkunci dalam tubuhnya.

Pada 2011 dia mengizinkan Prof. Low untuk memindai otaknya dengan menggunakan perangkat iBrain yang dibuat Neurovigil yang berbasis di Lembah Silikon.

Prof. Hawking tak bisa menghadiri sebuah konferensi di kampung halamannya di Cambridge tempat Prof. Low akan mendiskusikan penemuannya itu.

Namun juru bicaranya mengatakan kepada BBC bahwa Profesor Hawking selalu tertarik dalam mendukung riset teknologi baru yang membantunya berkomunikasi.

iBrain adalah headset yang merekam gelombang otak melalui bacaan EEG (electroencephalograpis), yaitu aktivitas listrik yang direkam dari kulit kepala si pengguna.

Prof. Low telah mendesain peranti lunak komputer yang dapat menganalisis data dan mendeteksi sinyal-sinyal frekuensi tinggi yang sebelumnya diyakini hilang karena tengkorak.

"Analoginya adalah bagaikan Anda keluar dari ruang konser tapi tetap terdengar alunan musik dari instrumen-instrumen musik," katanya kepada BBC.

"Kian jauh Anda pergi, maka Anda akan berhenti mendengar elemen-elemen frekuensi tinggi seperti biola, tapi masih bisa mendengar trombon dan cello."

Jadinya, semakin jauh dari otak, maka Anda semakin kehilangan pola-pola frekuensi tinggi. "Apa yang sudah kami lakukan adalah menemukannya dan membawa kembali dengan algoritma sehingga bisa kami gunakan."

Prof Low mengatakan bahwa ketika Prof. Hawking berpikir untuk menggerakkan anggota tubuhnya, pikiran ini sudah menghasilkan sebuah sinyal yang bisa dideteksi oleh algoritma yang sudah diaplikasikan ke dalam data EEG.

Menurutnya, ini bisa menjadi semacam tombol hidup-mati dan menghasilkan wicara jika sudah dibuat penyambung dengan sistem serupa yang digunakan pada sistem pendeteksi gerakan pipi.

Prof. Low menjelaskan harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah alatnya ini bisa digunakan untuk membedakan beberapa tipe pikiran--seperti memikirkan menggerakkan tangan kiri dan kaki kanan.

Jika masalah ini terpecahkan, maka Prof. Hawking bisa menggunakan kombinasi guna menciptakan beberapa tipe gerakan virtual, sehingga bisa mempercepat laju pemilihan kata.

Untuk mengukuhkan hal tersebut, Prof. Low berencana mengujicobakan penemuan ini kepada pasien-pasien lain di Amerika Serikat.

(snw)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews