Pengidap HIV/AIDS dari LGBT Terus Meningkat, KPA: Mereka Sadar Tapi Ikut-ikutan

Pengidap HIV/AIDS dari LGBT Terus Meningkat, KPA: Mereka Sadar Tapi Ikut-ikutan

Ilustrasi. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Tangerang - Sebanyak 117 Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), di Kota
Tangerang, Banten, mengidap virus HIV/AIDS. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun 2016 yang hanya 105
orang.

Menurut Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Tangerang Tia Suryaningsih, kenaikan
angka LGBT tersebut karena dipengarungi gaya hidup zaman milenial saat ini.

"Karena gaya hidup, dan ikut-ikutan biar gaya. Karena kalau tidak ikut-ikutan, mereka merasa tidak bergaul," kata Tia, Rabu (27/10/2017).

Dilanjutkan, rata-rata LGBT di Kota Tangerang telah sadar risiko akan tertular penyakit HIV/AIDS. Namun, karena
didorong faktor lingkungan, mereka tetap melanjutkan aktivitas seksualnya. 

"Kalau saya mengukurnya dari angka kasus HIV/AIDS. Kalau dari angka kasus menurut dinas kesehatan, tahun
2016 ada 105 kasus yang terjangkit HIV/AIDS, di tahun 2017 ada 117 kasus," jelasnya.  

Untuk tahun 2016, penderita HIV/AIDS itu ada yang usia 4 tahun ke bawah tiga orang, usia 15-19 tahun 4 orang,
usia 20-24 ada 23 orang, dan usia 25-49 ada 72 orang, yang usia 50 ke atas tiga orang.

Sedang di tahun 2017, rata-rata usia penderita HIV/AIDS usia 4 tahun ke bawah 0, usia 5-14 tahun ada 1, usia 15-
19 ada 7 orang, 20-24 ada 20 orang, 25-49 ada 87 orang, dan 50 ke atas ada dua orang.

"Peningkatan risiko laki-laki penyuka sesama jenis di 2016 sebanyak 57 orang, dan di tahun 2017 ada 85 orang.
Sedang yang pembeli seks di tahun 2016 ada 3 orang, dan 2017 ada 8 orang," paparnya.

Untuk pembeli seks sesama jenis di Kota Tangerang, jumlahnya cenderung lebih kecil. Sebab, rata-rata LGBT
memulai hubungan seksualnya dengan melakukan pendekatan atau pacaran terlebih dahulu.

"Sebetulnya, mereka lebih banyak yang karena pertemanan, ngumpul, makan, minum, dan melakukan hubungan
badan. Kalau yang langsung jarang. Biasanya mereka pacaran dulu," jelasnya.

Para LGBT ini juga tidak punya tempat mangkal khusus. Namun, jumlahnya tersebar diseluruh Kota Tangerang.
Komunikasi mereka selama ini banyak dilakukan lewat media sosial. 

"Untuk tempat tersebar, bisa lewat jejaring sosial dan penjangkauan di tempat hiburan. Kalau hotspot khusus tidak
ada. Mereka tersebar hampir di seluruh Kota Tangerang," sambung Tia lagi.

Dia mencontohkan, saat mereka berada di suatu tempat, sesama LGBT akan saling mengenali, meski tidak saling
mengenal. Mereka memiliki insting sendiri, sesama LGBT, dan sulit dikenali kasat mata.

"Kalau homo, bisa melihat sendiri mana yang homo dan tidak. Jadi, tidak berarti jalan melambai itu homo. Ada juga
yang badannya kekar kayak polisi, tetapi homo. Jadi tidak hanya gesturenya," tukasnya.

(ind)
 


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews