Ini Pesan I Wayan Catra Yasa pada Umat Hindu di Batam Sambut Nyepi

Ini Pesan I Wayan Catra Yasa pada Umat Hindu di Batam Sambut Nyepi

Persiapan sembahyang dan ritual pembakaran Ogoh-ogoh di Pura Anumerta Bhuana (foto : Iskandar/Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Batam - Sebelum merayakan Hari Raya Nyepi, salah satu tradisi yang dilakukan umat Hindu yakni sembahyang, mengarak dan pembakaran Ogoh-ogoh. Apa itu Ogoh-ogoh?

Ogoh–ogoh adalah boneka raksasa dengan bentuk menyeramkan, kemudian diarak keliling pada saat menjelang malam sebelum Hari Raya Nyepi (ngerupukan) yang diiringi dengan gamelan Bali yang disebut “Bleganjur”. Selanjutnya dibakar.

Ogoh-ogoh adalah seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Khala,” Bhuta berarti waktu yang tidak terukur, sedangkan Khala berarti kekuatan. Dari arti kata tersebut, maka para cendekiawan Hindu Dharma mengambil kesimpulan bahwa proses perayaan Ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta, dan waktu yang maha dasyat.

Di Kota Batam, upacara sembahyang dan pembakaran Ogoh-ogoh dilakukan di halaman Pura Anumerta Bhuana, Sei Ladi, Baloi.

Pembina Umat Hindu Kepri, I Wayan Catra Yasa mengatakan, ritual sembahyang bagi umat Hindu yang digelar adalah untuk menjaga sikap dan prilaku umat agar terhindar dari perbuatan-perbuatan jelek kedepannya.

Wayan pun berpesan 4 sikap dan perilaku umat Hindu yang harus dijaga setelah ritual sembahyang dan pembakaran Ogoh-ogoh, seperti :

1. Umat Hindu harus bersikap Kita Amategeni artinya umat Hindu tidak boleh menyalakan api, tidak menyalakan kompor, secara filosofi umat Hindu harus dapat meredam amarah, emosi dan menghindari dari perilaku jelek.

2. Amate Garian artinya umat Hindu tidak boleh melakukan pekerjaan dan tidak melakukan aktivitas.

3. Amanah Tuhan yang artinya umat Hindu tidak melakukan perjalanan, tidak berpergi - pergian, kemana pun kita pergi dan berdiam dirumah dengan bermeditasi banyak menyebut nama - nama Tuhan serta memujakan Tuhan yang Esa.

4. Amati Lelangan dengan arti umat Hindu tidak menghumbar hawa nafau sendiri.

“Dalam proses ini kita merenung sejenak bahwa besok itu kita memperkuat keyakinan kita dalam satu tahun,” ujar Wayan menjelaskan.***

(sip)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews