Danlanal Ungkap Penyebab Nelayan Asing Nekat Keruk Ikan ZEEI di Natuna

Danlanal Ungkap Penyebab Nelayan Asing Nekat Keruk Ikan ZEEI di Natuna

Kapal asing yang ditangkap di perairan Natuna (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Natuna - Perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) tetap menjadi target empuk untuk mengeruk ikan dengan jaring trawl oleh kapal asing.

Komandan Pangkalan TNI AL Ranai, Letkol (P) Tonny Herdijanto menuturkan, pihaknya hingga Februari ini menangani 84 tahanan nelayan asing yang diamankan karena melakukan illegal fishing.

"Total jumlah tahanan 84 orang, tahanan justisia 24 orang dan 60 orang tahanan non justisia (ABK)," ujarnya, Selasa (14/2/2017).

KRI Oswald Siahaan baru-baru ini kembali menangkap 5 KIA asal Vietnam yang beraktivitas di wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) tanpa dokumen dan menggunakan pukat harimau trawl.

Aksi mengeruk ikan ilegal di perairan Indonesia oleh KIA ini seperti tak habis-habisnya, Letkol Tonny Herdijanto mengakui belum bisa menyimpulkan dampak penenggelaman kapal asing ini terkait aktivitas ilegal di ZEEI.

"Dengan tambahan ini ada 24 kapal yang sedang kami tangani. Dalam waktu dekat kami akan melakukan penenggelaman 13 kapal ikan asing ini dengan cara diledakkan. Sisanya masih dalam tahapan proses," terangnya.

Namun dikatakan Danlanal, pihak kementerian sendiri merilis data jika terjadi peningkatan ekspor ikan sejak langkah penenggelaman kapal ini dilakukan pemerintah. Artinya permintaan ikan negara tetangga bertambah karena berkurangnya suplai tangkapan yang diduga selama ini dari ilegal fising.

"Masalah efek jera penenggelaman kapal, saya rasa kami belum bisa menyimpulkan. Tapi kalau dari analisa kementrian hal itu efektif, melihat adanya peningkatan ekspor ikan sejak dilakukan penenggelaman ini," sebut Tonny.

Menurutnya TNI AL kini merancang banyak variasi operasi pengamanan di laut. Di perairan Natuna sendiri saat ini dua KRI melakukan patroli yakni KRI Baracuda dan KRI Oswald Siahaan dibawah komando Gugus Keamanan Laut Armada Barat (Guskamlamabar)

Selain KRI, perairan di perbatasan wilayah Natuna juga diperkuat kapal fregerate. Kapal TNI AL ini punya kemampuan 3 Dimensi dalam pelacakan.

Beberapa kapal cepat rudal juga dioperasikan untuk mengantisipasi ancaman permukaan, seperti intevensi kapal-kapal militer asing.

Menurut Tonny, aktivitas Illegal Fishing juga memiliki kecenderungan membahayakan ekosistem laut dengan alat tangkap pukat harimau atau jaringan trawl.

"Kalau dampak terkait ekosistem tentunya punya kecenderungan membahayakan," ujarnya.

Kenapa kapal ikan asing sangat senang mengeruk ikan di perairan ZEE Indonesia, salah satu penyebabnya dikatakan Tonny, karena diperkirakan perairan negara tetangga banyak terjadi kerusakan ekosistem, sehingga tak banyak ikan yang bisa ditangkap diwilayah mereka.

"Wilayah mereka itu dimungkinkan perairan mereka sudah banyak rusak (ekosistem laut nya sudah kurang baik), jadinya mereka lebih memilih masuk ke perairan Indonesia," tukasnya.

 
[Fox]


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews