Kegelisahan Ghufron di Antara Istri Hamil dan Kericuhan Demo di Senayan

Kegelisahan Ghufron di Antara Istri Hamil dan Kericuhan Demo di Senayan

Bentrokan Sengit Siswa dan Polisi di Jalan Layang Slipi.

Situasi malam itu mencekam. Suara pecahan kaca terus terdengar. Batu-batu terbang tak henti-hentinya melayang di udara. Diwarnai percikan petasan, asap gas air mata terus menyelimuti langit Senayan.

Hal tersebut dirasakan Ghufron Sabibillah Dermawan, seorang polisi berpangkat Brigadir Dua saat mengamankan demonstrasi tanggal 24-25 kemarin di sekitaran DPR, Senayan.

Dia berdinas di Sabhara Polda Metro Jaya. Terjun bersama kompinya sekitar 100 orang. Pengalaman tegang saat mengamankan demo mahasiswa.

Sejak pagi, Billy sudah berjaga. Hingga langit berubah gelap, Billy bersama kawanan kompi bergerak ke samping pintu gerbang utama DPR Senayan. Menuju titik massa hingga tengah malam.

Bersama rekannya, Billy kompak menyusuri teritori gelap di jalanan Slipi sekitarnya. Bermodal helm, tameng dan pentungan. Jiwa korsa terus dipegang. Tempur bersama pulang bersama. Tugas negara mesti diselesaikan melebihi batas fisik manusia.

Meski jadi seorang polisi tetap saja ada rasa cemas di benak Billy melihat situasi memanas malam itu. Massa meneriakkan 'irama' tantangan kepada polisi. Tak sedikit yang berkata kasar.

Billy dan kawanannya tetap sabar. Menguatkan mental agar massa dikendalikan dengan baik. Sambil perlahan maju, ia membuat strategi berlindung bersama rekannya. Barisan depan membuat tameng. Bagian belakang melindungi kepala.

Billy sesekali menengok ke wajah teman di sampingnya. Rautnya cemas, gelisah, bercucur keringat. Semua diam mendengar suara hujan batu yang menghujam di atas tameng. Mereka pantang mundur, menembus barisan massa agar bubar.

"Kekuatan juga lebih besar mahasiswa dari pada anak STM. Tapi sama sama capek soalnya pas anak STM bukan hanya anak STM, ada beberapa warga yang ikut melempari batu," kata Billy saat berbincang dengan merdeka.com di sekitar Senayan, Jakarta, Kamis (26/9/2019).

Di balik itu, Billy menganggap aksi demo yang digelar adalah wajar. Dirinya mengerti sifat dari negara demokrasi. Namun, demo tak boleh kebablasan. Patuhi aturan dan tidak dibenarkan merusak fasilitas negara.

Sikap di luar aturan itu juga membuat aparat jengkel sehingga mengeluarkan tindakan tegas sesuai standar operasional prosedur yang ada. Billy melihat, ada beberapa oknum mahasiswa ataupun pelajar melaksanakan demo sudah di luar batas kewajaran.

Meskipun begitu, dirinya tetap berusaha menahan diri sebagai manusia yang punya hati. Dia tak tega melihat peserta demo menjadi sasaran pukul aparat.

"Udah pasti itu, kita ini manusia yang juga punya perasaan," ucapnya.

Billy berharap, malam itu perseteruan cepat selesai. Perasaan cemas terus menghantuinya. Memikirkan sang istri yang sedang hamil delapan bulan lebih. Menunggu di rumah, mendoakan dirinya.

"Ditambah bini gua lagi hamil gede. Pikiran udah ke mana mana bae. Saat itu si mikirin bini aja udah," cerita polisi berusia 24 tahun itu.

Akhirnya, dua hari tersebut berlalu. Billy lepas dinas di hari Kamis siang. Melepas rindu, segera pulang menemui istri tercinta yang sedang mengandung bayi 35 minggu.

(*)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews