Fakta Terbaru Enzo Allie yang Akhirnya Dipertahankan Jadi Taruna Akmil

Fakta Terbaru Enzo Allie yang Akhirnya Dipertahankan Jadi Taruna Akmil

Enzo Zenz Allie bersama ibundanya. (Foto: TNI AD)

Jakarta - Pemuda blasteran Indonesia-Prancis yang bernama Enzo Zenz Allie menjadi perhatian usai videonya diunggah TNI karena dirinya lolos seleksi Akademi Militer (Akmil).

Enzo Zenz Allie dituding berpaham radikal karena dalam media sosial ditemukan sebuah fotonya memegang bendera hitam berlafaz "Laillahailallah" yang berkibar.

Ia dituding terafiliasi dengan gerakan transnasional yang menginginkan berdirinya kekhilafahan, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Apalagi HTI kerap menggunakan lafaz tauhid tersebut dalam setiap kesempatan aksinya.

Namun pada akhirnya, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menegaskan, pihaknya tetap mempertahankan Enzo Zenz Allie sebagai taruna Akmil.

Hal ini diyakini karena pihaknya bersama tim intenal TNI sudah melakukan uji tambahan terhadap Enzo terkait isu viral di media sosial.

Berikut fakta terbaru soal Enzo Zenz Allie yang akhirnya tetap menjadi taruna Akmil TNI:

Dipertahankan TNI

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa menegaskan, pihaknya meyakini Enzo Zenz Allie tidak berpaham radikalisme.

"Kami sudah valid dan kami mengambil alat ukur alternatif yang cukup valid dan akurasinya sudah teruji selama 8 tahun. Hasilnya dari index moderasi bernegara kami, Enzo memiliki nilai 84 persen atau 5,9 dari maksimum 7. Jadi, indeks moderasi bernegaranya bagus," jelas KSAD Andika di Mabes AD, Jakarta Pusat, Selasa, 13 Agustus 2019.

"Jadi TNI AD tetap mempertahankan Enzo Zenz Allie," yakin Andika dalam pernyataan persnya.

Jenderal bintang empat ini berharap dengan dirilisnya pernyataan resmi ini, tidak ada lagi publik yang meragukan Enzo sebagai taruna akademi militer.

Malahan, Andika berharap setiap pihak dapat mendorong dan mendukung langkah Enzo dan 364 taruna lainnya untuk dapat menyelesaikan pendidikan dengan hasil positif dan sebaik-baiknya.

"Enzo dan teman-temannya ini kan masih pendidikan dan jangka waktunya selama 4 tahun. Harapan saya Enzo dan kawan-kawannya lulus pada seleksi awal dan mereka bisa menjadi perwira TNI AD yang sesuai harapan," Andhika menegaskan.

Nama Baik Akan Dipulihkan

Andika juga memastikan nama baik tarunanya, Enzo Zenz Allie dapat pulih setelah santer diviralkan berpaham radikal.

Hal ini dilakukan dengan meyakini setiap langkah yang diambil lewat seleksi dan penilaian terhadap Enzo oleh TNI tidak ada yang salah.

"Untuk meyakinkan kami melakulan penilaian tambahan. Memastikan bahwa kita memang tidak salah. Yang bersangkutan ingin masuk jadi perwira TNI. Jadi kita ingin memastikan memang," kata Andika.

Andika menegaskan, dari awal pihaknya memang membuka diri dengan menyerap seluruh informasi berkembang di publik. Namun demikian, hal itu tidak lantas ditelan bulat-bulat dan menjadi terpengaruh.

"Jadi saya tidak akan masuk ke dalam kontroversi di luar. Yang jelas kami berusaha proporsional dan menggunakan metode ilmiah karena kami tidak ingin asal-asalan," tegas KSAD Andika.

Karenanya, Andika telah meyakini bahwa pemuda blasteran Prancis tersebut tidak seperti yang santer dibicarakan khalayak, khususnya warganet.

Pihaknya juga telah mengambil keputusan untuk mempertahankan Enzo sebagai taruna Akmil dan melanjutkan pendidikannya di Magelang, Jawa Tengah.

"Kami sudah valid dan kami mengambil alat ukur alternatif yang cukup valid dan akurasinya sudah teruji dan bisa dipertanggungjawabkan. Jadi, TNI AD tetap mempertahankan Enzo Zenz Allie," Andika menjelaskan.

Pesan KSAD

(Foto: TNI AD)

Jenderal Andika menegaskan kepada seluruh taruna Akmil, termasuk Enzo Zenz Allie, bahwa jalannya hingga lulus sebagai perwira tidak mudah.

Lamanya pendidikan selama empat tahun akan menghasilkan seleksi alam yang dapat menggugurkan para taruna satu per satu.

"Mereka (Taruna Akmil) ini kan calon periwira belum jadi anggota TNI aktif. Penilaian pada masa pendidikan empat tahun ini juga ada penilaian dan tidak semua berhasil," terang Andika.

Jenderal bintang empat ini memaparkan, catatan kelulusan taruna Akmil dalam lima tahun terakhir, rata-rata ada yang dikeluarkan karena sejumlah alasan. Dimulai di tahun 2014, total 3 orang Taruna Akmil yang didrop atau dikeluarkan sebelum mereka dilantik menjadi perwira TNI AD.

Kemudian di tahun 2015, satu orang juga bernasib demikian, begitu pula di tahun 2016, tercatat 4 orang. Hanya di tahun 2017 kebetulan tidak ada, atau lulus 100 persen. Lanjut di tahun 2018, terdapat 5 orang dan terakhir di tahun 2019 sudah ada dua orang dikeluarkan.

"(Dikeluarkan) berbagai alasan, ada yang karena kesehatan, ada yang mereka tidak bisa mengikuti standar, ada yang karena jasmaninya dan juga ada yang karena mental ideologinya," jelas Andika.

Kendati untuk angkatan Enzo, Andika berharap semua dapat lulus 100 persen tanpa terkecuali. Karenanya dia ingin setiap pihak dapat mendorong dan mendukung langkah Enzo dan 364 taruna lainnya untuk dapat menyelesaikan pendidikan dengan hasil positif dan sebaik-baiknya.

"Enzo dan teman-temannya ini kan masih pendidikan dan jangka waktunya selama 4 tahun, harapan saya orang tua dan lingkungan terdekat adik-adik kita ini taruna akmil dan semua orang yang menyayangi mereka untuk membantu, membantu dalam perjalanannya sehingga mereka benar-benar bisa mejadi perwira tni AD yang sesuai harapan bangsa," Andhika menandasi.

Titipan Pesan Moeldoko

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto lebih waspada dalam menyeleksi taruna Akademi Militer (Akmil).

Hal tersebut disampaikan Moeldoko terkait polemik taruna Akmil Enzo Zens Allie yang diduga simpatisan Hizbur Tahrir Indonesia (HTI).

Meski telah dinyatakan lulus mengikuti pendidikan, Moeldoko mengatakan tak menutup akan dilakukan pemeriksaan ulang terhadap Enzo.

"Saya belum koordinasi lagi sama panglima TNI. Saya akan sampaikan ke Panglima agar diwaspadai lagi," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (12/8/2019).

Menurut dia, panitia seleksi Akmil kemungkinan tidak mendeteksi adanya calon taruna yang terpapar radikalisme. Namun, saat proses pendidikan telah dimulai, akan terlihat bahwa ada taruna yang menyimpang.

"Memang bisa terjadi, tapi istilahnya bukan kecolongan. Artinya, bahwa sesuatu itu undetected. Tetapi ingat, di TNI itu penilaiain terus menerus, sangat ketat. Pasti akan ketahuan nanti kalau muncul penyimpangan-penyimpangan perilaku," jelas Moeldoko.

(*)

Artikel ini terbit pertama kali di Liputan6.com


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews