Inilah 6 Fakta Jamal Khashoggi, Jurnalis Arab Saudi yang Dikabarkan Dibunuh

Inilah 6 Fakta Jamal Khashoggi, Jurnalis Arab Saudi yang Dikabarkan Dibunuh

Jamal Khashoggi

Jakarta - Nama Jamal Khashoggi belakangan ini menjadi topik pembahasan di berbagai media internasional.

Jamal Khashoggi merupakan seorang jurnalis Arab Saudi yang dikabarkan hilang di Turki. Jurnalis Arab Saudi tersebut dikabarkan hilang saat mendatangi Kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Bahkan, Jamal Khashoggi juga dikabarkan jika dirinya mengalami penyiksaan hingga dibunuh dan dilenyapkan dengan menggunakan cairan asam. Melansir dari Kompas.com (19/10/2018), Jamal Khashoggi diketahui memasuki kantor tersebut pada 2 Oktober 2018.

Hal itu dilakukan untuk mengurus beberapa berkas perceraian dengan istri terdahulunya. Namun sayangnya, Jamal Khashoggi tak kunjung kembali.

Hingga akhirnya tersiar kabar bahwa dirinya mengalami penyiksaan hingga dibunuh secara brutal. Seketika muncul dan menarik perhatian masyarakat dunia, siapa sebenarnya sosok Jamal Khashoggi?

Melansir dari beberapa sumber, berikut adalah fakta-fakta tentang Jamal Khashoggi:

1. Lulusan Indiana State University, Amerika Serikat

Melansir dari pekanbaru.tribunnews.com (19/10/2018), Jamal Khashoggi menamatkan pendidikan Administrasi Bisnis di Indiana State University, Amerika Serikat. Namun, ia malah memulai kariernya sebagai jurnalis di sebuah koran berbahasa Inggris, Saudi Gazzete pada tahun 1990-an.

Pada tahun 1999-2003, Jamal Khashoggi dipercaya untuk menjadi Wakil Pemimpin Redaksi Arab News. Selanjutnya, dengan posisi yang sama Jamal Khashoggi beralih ke koran Al Watan.

Namun, ia hanya bertahan dua bulan di sana. Pada tahun 2007, Jamal Khashoggi kembali ditarik ke Al Watan dengan jabatan sebagai Pemimpin Redaksi selama tiga tahun.

2. Kritikus pemerintah Arab Saudi

Jamal Khashoggi memang dikenal sebagai seorang jurnalis yang memiliki idealisme tinggi. Ia kerap mengkritik Pemerintah Arab Saudi lewat tulisan-tulisannya.

Seperti tulisannya yang bertajuk 'Yang Paling Dibutuhkan Negara-Negara Arab adalah Kebebasan Berekspresi' dan 'Putra Mahkota Saudia Arabia Harus Mengembalikan Martabat Negaranya'. Dari judulnya saja, sudah terdengar cadas bukan?

Dalam sebuah artikel, Khashoggi menyebut dirinya bukan musuh pemerintah dan sangat peduli dengan Arab Saudi. Baginya, Arab Saudi merupakan satu-satunya rumah yang ia tahu dan ia inginkan.

Konsistennya dalam memperjuangkan idealisme inilah yang membuat Jamal Khashoggi dimusuhi oleh banyak pihak.

3. Mengasingkan diri ke Washington DC, Amerika Serikat

Karena merasa dimusuhi banyak pihak, Jamal Khashoggi pun memutuskan untuk pindah ke Washington DC pada musim panas 2017. Hal itu dillakukan bukan tanpa alasan.

Jamal Khashoggi meninggalkan Arab Saudi untuk menghindari kemungkinan adanya penangkapan. Keteguhan hatinya untuk tetap mengkritisi pemerintah Arab Saudi demi terciptanya negara yang lebih baik justru berbuntut pada banyak ketidaknyamanan.

Pindahnya Jamal Khashoggi ke Amerika itu menyusul Pangeran Mohammed yang memulai penindakan antikorupsi di seluruh kerajaan, namum juga memberangus pihak yang dianggap menentang pemerintah.

4. Kolumnis The Washington Post

Nama Jamal Khashoggi terdaftar sebagai salah satu kolumnis The Washington Post. The Washington Post merupakan salah satu media internasional yang berbasis di Washington DC, ibu kota Amerika Serikat.

Jamal Khashoggi sudah menulis banyak artikel kolom di The Washington Post sejak Maret 2018 lalu. Lagi-lagi, Jamal Khashoggi banyak menuliskan tentang kritikan terhadap Pemerintah Arab Saudi.

Tulisannya kebanyakan ditujukan untuk Putra Mahkota, Mohammed bin Salman. Artikel-artikelnya ditulis dalam dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Arab agar masyarakat Arab dapat memahaminya dengan mudah.

5. Menulis tiga buku

Semasa hidupnya, ternyata Jamal Khashoggi pernah menulis tiga buku. Buku pertamanya adalah Elaqat Hreja yang diterbitkan pada tahun 2002.

Buku ini membahas tentang hubungan Arab Saudi dengan Amerika Serikat pasca kejadian 11 September 2001. Buku keduanya yang berjudul Ihtalal Asuq Asaudi, diterbitkan pada tahun 2013.

Di dalam buku ini, Jamal Khashoggi sempat menyinggung tentang ketergantungan Arab Saudi terhadap buruh tenaga asing. Buku ketiganya terbit pada tahun 2016.

Buku yang berjudul Rabea Alarab Zamen Alekhawan ini membahas tentang musim semi di Arab dan politik Islam.

6. Tulisan terakhir

Meski usianya sudah 60 tahun, namun Jamal Khashoggi masih tetap rajin menulis. Pada Rabu (17/10/2018), The Washington Post menerbitkan tulisan terakhir Jamal Khashoggi sebelum dinyatakan hilang pada 2 Oktober lalu.

Ia menulis tentang kebebasan berekspresi di negara asalnya Arab Saudi. Tulisan terakhirnya mengutarakan keinginan pembentukan forum internasional yang independen, bebas dari agenda pemerintah manapun, apalagi terpengaruh oleh propaganda.

(pkd)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews