Pelaku Industri Rokok Didorong untuk Lakukan Diversifikasi Produk

Pelaku Industri Rokok Didorong untuk Lakukan Diversifikasi Produk

Ilustrasi

Denpasar - Pelaku industri rokok di Tanah Air didorong untuk terus melakukan diversifikasi produk agar tidak tergantung terhadap rokok karena dinilai sunset industry. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Brodjonegoro mengatakan diversifikasi produk sudah dilakukan secara alamiah oleh sejumlah perusahaan rokok skala besar di dalam negeri. 

Dia menjelaskan sektor diversifikasi tersebut seperti properti, dan keuangan.

“Ini bukan saran tapi sudah dilakukan secara alamiah kalau kami perhatikan grup besar di dalam negeri yang besar sudah lakukan diversifikasi sektor properti keuangan ini langkah alamiah pelan-pelan sypaya mereka tidak tergantung,” jelasnya di sela-sela The12th Asia Pacific Conference on Tobacco or Health di Nusa Dua, Kamis (13/9/2018).

Bambang tidak menyebutkan jenis diversifikasi produk yang layak ditekuni pelaku usaha rokok. Dia hanya menegaskan bahwa negara tidak bisa berdiam diri saja dengan masalah rokok karena Indonesia merupakan salah satu konsumen rokok terbesar.

Rokok juga berdampak terhadap masalah kesehatan dan kemiskinan, karena itu pemerintah akan berusaha untuk mengurangi jumlah pengguna. Pemerintah juga mendorong  alternatif tembakau tidak hanya digunakan sebagai bahan rokok saja.

Selain itu, industri rokok saat ini sebagian besar sudah bukan lagi menggunakan tangan tetapi mesin. Kesempatan itu merupakan peluang untuk meningkatkan potensi angkatan kerja serta mengarahkan bisnis rumahan rokok ke bisnis UMKM lain. 

Terkait besarnya kontribusi cukai rokok terhadap pendapatan negara, Bambang menilai tetap harus diperhatikan. Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise menuturkan WHO pada 2016 melaporkan  bahwa jumlah perokok di dunia mendekati 1,2 miliar orang. 

Dari jumlah itu, 800 juta diantaranya berada di negara berkembang. Selain itu, sebanyak 6 juta orang meninggal karena rokok dan hampir 50% berada di wilayah Asia Pasifik. 

Bank Dunia juga memprediksi pada 2030 tingkat kematian karena rokok akan mencapai 10 juta dan sebanyak 70% korban itu berasal dari negara-negara di Asia Pasifik. Jumlah pemain industri rokok di kawasan ini sangat signifikan. 

Sebagai catatan di Indonesia ada sekitar 336 miliar batang rokok diproduksi pada akhir 2017, dan diprediksi hingga 2020 akan meningkat hingga 524 miliar batang. Penetrasi industri rokok di Indonesia dinilai sudah sangat mengkhawatirkan. 

Mengutip data Kementerian Kesehatan pada 2016 terdapat sebanyak 90 juta warga indonesia merokok. Jumlah itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat konsumen terbesar ketiga setelah Rusia dan China.

"Perlindungan terhadap dampak tembakau bukan hanya ditujukan bagi anak-anak tetapi juga kelompok rentan," jelasnya.

Dia menuturkan kementerian perempuan dan anak akan menjaga untuk memastikan bahwa anak anak-akan terlindungi dari rokok. 

(pkd)
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews