Jumlah Buruh Berserikat Turun Drastis, Apa yang Terjadi?

Jumlah Buruh Berserikat Turun Drastis, Apa yang Terjadi?

Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri

BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - Jika dibandingkan dengan era reformasi, jumlah buruh berserikat saat ini menurun drastis hingga 6 jutaan. Hal ini diungkapkan oleh menteri tenaga kerja Hanif Dhakiri.

"Ini cukup aneh. Di awal era reformasi ada 9 juta pekerja yang berserikat, tapi sekarang tersisa 2,7 juta pekerja yang berserikat. Yang menarik struktur organisasi buruh di Indonesia tumbuh kuat ke atas. Tapi, basisnya keropos," kata Menaker Hanif dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Konfederasi Serikat Nusantara (KSN) 2018 , di Karawang Jawa Barat pada Sabtu (21/4/2018).

Menurut Hanif, fenomena ini disebut aneh karena tidak sebanding dengan jumlah serikat buruh yang bertambah. Jumlah konfederasi di Indonesia saat ini ada 14 dari sebelumnya 3 dan federasi mencapai angka 120 dari sebelumnya 91.

Turunnya angka buruh berserikat ini sejalan dengan melemahnya serikat buruh di tingkat bawah. Hal ini ditandai dengan menurunnya jumlah Pimpinan Unit Kerja (PUK).  Tujuh tahun lalu ada sekitar 14 ribu PUK sekarang hanya tersisa 7 ribu PUK. Menurut Hanif, seharusnya ada 400 ribuan PUK karena ada sekitar 400 ribuan perusahaan yang terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.

Kondisi ini mengindikasikan pelemeahan kekuatan buruh di tingkat bawah. Hal ini juga menandakan adanya pelemahan kekuatan politik pada buruh.

"Dari data ini, saya ingin mengatakan SP/SB kita basisnya keropos. SP/SB kita kekuatan politiknya lemah karena keanggotaannya merosot, karena PUK-nya merosot. Tapi struktur elitenya bertambah. Jadi, bisa disimpulkan pergerakan itu terjadi di lapisan elite," kata Menaker Hanif.

Menurut Hanif, hal ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi serikat buruh untuk menilai apakah anggota serikat merasa puas ataukah kecewa, misalnya karena merasa dijadikan alat politik bagi elitenya. 

"Pantas saja makin sedikit buruh berserikat, makin sedikit PUK, karena pengusaha sering melakukan union busting. Itu alasan buruh. Sedangkan pengusaha bilang, tentu saja jumlah buruh berserikat menurun, PUK menurun, karena pimpinan serikatnya terlalu banyak main politik. Akhirnya satu sama lain cuma menyalahkan. Kini saatnya kita masing-masing melakukan evaluasi, melakukan refleksi," kata Menaker Hanif.

Menaker Hanif menegaskan, hal ini menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi SP/SB seluruh Indonesia termasuk bagi KSN. Peran organisasi pekerja/buruh diharapkan tidak melemah karena berbagai kepentingan yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan anggota.

 

(deb)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews