Cerita Mistis di Balik Kecelakaan Bus Maut di Tanjakan Emen

Cerita Mistis di Balik Kecelakaan Bus Maut di Tanjakan Emen

Bus pariwisata nopol F 7959 AA terguling di turunan Cicenang (kawasan Tanjakan Emen), Kampung Cicenang, Ciater, Kabupaten Subang. (Foto/Istimewa)

BATAMNEWS.CO.ID, Subang - Puluhan orang meninggal dunia akibat kecelakaan maut yang terjadi antara sebuah bus pariwisata dan sepeda motor di Tanjakan Emen, Ciater, Subang, Jawa Barat. Selain kontur jalan yang memang curam dan banyak tikungan, di lokasi itu ada cerita yang beredar sosok bernama Emen yang jadi nama tanjakan tersebut.

Sore itu, rombongan wisatawan dari Kampung Legoso, Kelurahan Pisangan Timur, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, akan menuju Jakarta dari arah Bandung.

Pada pukul 21.00, Sabtu 10 Februari 2018, bus sempat menabrak sebuah sepeda motor sebelum akhirnya menabrak rambu lalu lintas dan terguling.
 
Kapolres Subang Muhammad Joni mengatakan jumlah korban meninggal kecelakaan lalu lintas bus pariwisata di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat mencapai 27 orang. 

"Sampai saat ini ada 27 korban meninggal," ujar Joni, Sabtu.

Menurut dia, 14 korban di antaranya tewas di lokasi kecelakaan. Sisanya, meninggal dalam perjalanan atau saat jalani perawatan di rumah sakit. Mayoritas korban berjenis kelamin perempuan.

Evakuasi korban ke rumah sakit sulit dilakukan. Polisi menyebut lokasi kecelakaan maut tersebut jauh dari kota sehingga butuh waktu lama untuk melakukan pertolongan.

Sementara, saksi menyebut, jumlah korban kecelakaan mencapai 30 orang.

"Sekitar 30 orang yang meninggal," ujar saksi yang juga merupakan anggota rombongan dari bus tersebut, Neneng Yunengsih, kepada dilansir liputan6.com, Sabtu (10/2/2018).

Dia menuturkan, dirinya dan rombongan ingin berwisata ke Lembang dan berangkat pukul 06.30 WIB tadi. Rencananya, malam ini mereka langsung pulang.

"Kami serombongan ada tiga bus," kata Neneng pada keterangan pertama yang diungkapkannya. Beruntung, dia tidak berada di bus yang celaka itu.

Dia mengatakan banyak korban terjepit di dalam bus usai kecelakaan tersebut. Menurut dia, petugas sedang berusaha mengevakuasi korban. Ambulans pun sudah bersiap di lokasi kecelakaan maut.

"Tadi katanya petugas mau belah busnya," kata Neneng sambil tersedu. Namun, petugas pada akhirnya memecah kaca dan membuka pintu bus.

 Bus pariwisata bernopol F 7959 AA terguling di Tanjakan Emen, Subang. Ada dugaan bus tersebut mengalami rem blong saat berada di turunan itu.

Polisi menyebut bus sempat berjalan tak terkendali. Sewaktu melintas jalan yang menurun dan berkelok berjalan tidak terkendali menabrak kendaraan sepeda motor.

"Karena cuaca sedang bagus, jadi diduga rem blong," kata Kapolres Subang Muhammad Joni.
 
Mitos di Tanjakan Emen

Tanjakan Emen, Ciater, Subang, memang dikenal rawan kecelakaan. Jalannya yang menanjak dan berkelok membuatnya terkenal sebagai jalur rawan. Panjang Tanjakan Emen mencapai 3 km. Tanjakan ini memiliki kemiringan dan tikungan-tikungan tajam.

Namun, ada juga yang menghubungkan kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di sini dengan cerita mistis. Berdasar laman Kotasubang, ada tiga mitos yang berkembang di masyarakat terkait Tanjakan Emen dan kecelakaan yang sering terjadi.

Pertama, terkait kecelakaan pada 1969. Saat itu ada bus bernama Bus Bunga. Bus tersebut mogok ketika berada di lokasi, sang kernet yang bernama Emen berusaha mengganjal rodanya. Namun nahas, Emen meninggal karena tertabrak bus itu.

Warga sekitar mengaku sering melihat penampakan sosok Emen di tanjakan itu. 

Versi kedua terkait dengan peristiwa tabrak lari di sana. Emen adalah korbannya. Namun, mayat Emen bukannya dievakuasi, tapi malah disembunyikan dalam pepohonan di sekitar tanjakan tersebut. Arwah Emen pun dipercaya menuntut balas.

Sementara versi lainnya, Emen adalah sopir oplet Subang-Bandung. Pada 1964, oplet yang dikendarainya kecelakaan dan terbakar. Emen disebut tewas di lokasi dan semenjak itu semakin sering terjadi kecelakaan di tempat yang sama.

Pengguna jalan, biasanya melempar koin, rokok atau menyalakan klakson untuk terhindar dari bahaya.

(ind)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews