Warga Penaga dan Tembeling Tanjung Minta Jembatan Penghubung

Warga Penaga dan Tembeling Tanjung Minta Jembatan Penghubung

Pokcai, salah satu transportasi antar desa di Bintan (Foto: Batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Bintan - Warga Kelurahan Tembeling Tanjung dan Desa Penaga meminta Pemkab Bintan membangun dua jembatan penghubung antar kampung di Kecamatan Teluk Bintan melalui APBD tahun ini. 

Pembangunan jembatan yang diminta warga Desa Penaga adalah jembatan penghubung antara Kampung Belak dan Malay. Sebab, wilayah ini kerap menjadi langganan banjir jika air laut pasang. Diprediksi pembangunan jembatan ini akan menelan biaya Rp 7 miliar.

Kemudian pembangunan jembatan penghubung antara Kelurahan Tembeling dan Desa Tembeling di Kampung Sei Ladi yang diminta warga di kelurahan tersebut. Dengan hadirnya jembatan itu membuat akses transportasi semakin dekat menuju Jalur Lintas Barat. Diprediksi pembangunan jembatan ini menelan dana Rp 5 miliar.

Plt Kades Penaga, Doddi mengatakan jalur penghubung diantara Kampung Belak dan Malay kerap banjir jika air laut pasang. Sehingga harus ada perbaikan jalan dan pembangunan jembatan di wilayah tersebut. 

"Penanganannya menjadi pioritas utama dalam Musrenbang 2018. Tapi untuk tahap pertamanya akan dilakukan perbaikan jembatan dulu. Karena kondisi jembatan kayu itu sudah lapuk. Sehingga rawan ambruk dan hanyut saat banjir pasang laut," ujarnya.

Tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bintan sudah melakukan pengecekan ke lokasi pembangunan jembatan tersebut. Estimasi biaya yang terserap sebesar Rp 7 miliar. 

Angka estimasi itu meliputi peninggian jalan 2 meter dari yang ada saat ini di sekitar jembatan dan pembangunan jembatan beton yang baru.

"Dipioritaskan jembatan dulu karena menyangkut keamanan dan kenyamanan warga. Kalau udah selesai baru lanjutan jalan hingga tembus jalan aspal," katanya.

Sementara itu, Lurah Tembeling Tanjung, Julpri Ardani mengaku pembangunan jembatan penghubung di Kampung Sei Ladi itu keinginan dari warganya. Sebab dengan dibangunnya jembatan itu, akses antara kelurahan dan desa tetangga lebih dekat dan cepat.

"Sudah survei kemarin. Jika jembatan itu dibangun pastinya warga bisa lebih dekat untuk sampai ke Jalur Lintas Barat," jelasnya.

Sebenarnya Dinas PUPR sudah survei ke lokasi pada 2017 lalu. Namun pembangunannya tak dapat terealisasikan karena jika jembatan itu terbangun akan merusak ekosistem hutan bangkau.

Padahal sungai yang dikelilingi hutan bakau itu dangkal. Kemudian jarak sungai yang memisahkan kelurahan dan desa itu hanya 100 meter. 

"Akses jalan sudah ada. Tapi lebih dekat lagi bila disambung jembatan. Apalagi panjang jembatan yang dibutuhkan hanya 100 meter. Jika dikabulkan, warga tak perlu lagi memutar jauh melintasi Japan Tata Bumi, Ceruk Ijuk," ucapnya. (ary)

 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews