Setelah Pakai Alat Pendeteksi, Jumlah Penderita TBC Akut di Karimun Meningkat

Setelah Pakai Alat Pendeteksi, Jumlah Penderita TBC Akut di Karimun Meningkat

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Karimun Drs Rachmadi. (foto: edo/batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Karimun - Setelah mendapat alat pendeteksi penyakit Tuberculosis (TBC atau TB) Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun melalui Puskesmas mencari warga yang terserang/mengidap penyakit tersebut.

Dengan adanya alat untuk mendeteksi TBC tersebut, puskesmas-puskesmas di Kabupaten Karimun diharapkan bisa mendeteksi warga terjangkit.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun, Drs  Rachmadi, menyebut bahwa setelah dilakukan pencarian dengan bantuan alat pendeteksi tersebut, penderita penyakit TBC agak meningkat terutama TB resistan obat.

“Ada 12 orang yang yang terdeteksi mengidap TB resisten obat di tahun ini, tahun sebelumnya (2016) ada sekitar 6 orang, naik bukan berarti jelek, itu karena kegigihan teman-teman mencari di lapangan,” ujarnya, saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (7/12/2017).

Ia menjelaskan, penyakit TBC mempunyai tingkatan. Untuk kategori pertama atau ringan, untuk pengobatan bisa 6-9 bulan lamanya.

Kemudian, TB kategori dua, dimana kelanjutan dari TB pertama, dengan pengobatan juga sama selama 6-9 bulan, namun ditambah dengan suntik.

“TB kategori dua, karena TB tahap pertama yang belum tuntas, kenapa? Karena penderita tidak menuntaskan pengobatan, baru dua bulan pengobatan, mereka merasa sudah sembuh, sementara virus belum mati. Jadi akibatnya virus menjadi kebal terhadap obat,” kata Rachmadi.

Selanjutnya, TB kategori 3 atau TB resisten obat, tingkatan yang sudah berbahaya. Karena untuk berobat memakan waktu sampai 2 tahun, dengan berbagai macam obat yang harus dikonsumsi.

“TB resisten obat, merupakan kelanjutan dari ketegori 2. Akibat tidak patuh minum obat, atau obatnya putus-putus,” ujarnya.

Penyakit TBC bisa menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. TBC juga penyakit bisa menular, terutama TBC resisten obat kategori exstradier (XDR).

“TB Resisten obat bisa langsung menular, dan yang tertular juga langsung terkena TB resisten obat. 3-5 persen penderita TBC resisten obat meninggal dunia setiap tahunnya,” kata Rachmadi.

Rachmadi meminta dan berpesan kepada penderita TBC untuk berobat dengan baik, jangan sampai melakukan pengobatan terputus-putus.

“Saya meminta untuk berobat teratur dan patuh minum obat, baik yang terkena TB kategori awal atau yang berkelanjutan,” ucapnya.
 


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews