Wah, Napi Kasus Pembunuhan Todong Sipir dengan Pistol Lalu Kabur

Wah, Napi Kasus Pembunuhan Todong Sipir dengan Pistol Lalu Kabur

Foto dua napi yang kabur dari Lapas Klas IIA Pekanbaru. (foto: ano/batamnews)

BATAMNEWS.CO.ID, Pekanbaru - Dua tahanan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIA Pekanbaru melarikan diri pada Rabu (22/11) sekitar pukul 16.40 WIB. Saat dua tahanan tersebut melarikan diri, CCTV yang dipasang ternyata mengalami kerusakan akibat tersambar petir.

"Baru ini disambar petir tapi sedang perbaikan," ungkap Kepala Lapas Klas IIA Pekanbaru, Yulius Hariza saat dijumpai di Lapas Klas IIA Pekanbaru pada Rabu petang.

Kedua tahanan yang kabur tersebut adalah Satriandi narapidana atas kasus pembunuhan terhadap Jodi Setiawan warga Kampung Dalam, dan Nugroho, narapidana dalam kasus pencurian dengan kekerasan.‎

Satriandi yang juga merupakan pecatan Polri ini telah divonis oleh majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Pekanbaru selama 12 tahun penjara namun karena tak terima dengan vonis tersebut, Satriandi melalui kuasa hukumnya mengajukan banding.

Tidak hanya kasus pembunuhan, Satriandi juga sempat menghebohkan pemberitaan media massa, dengan aksinya loncat dari lantai 8 Hotel Arya Duta pada tahun 2015 lalu. Saat itu, dia digerebek oleh polisi atas kasus narkoba.

Untuk kasus narkobanya tersebut, hingga saat ini proses hukumnya belum sampai ke pengadilan. Hal tersebut karena Satriandi sempat dinyatakan gangguan jiwa berat oleh dokter RS Jiwa Tampan.‎

Sementara itu, rekan yang membantu dan turut kabur bersamanya adalah Nugroho yang terlibat dalam kasus pencurian dengan pemberatan, yang telah divonis 2,5 tahun.‎

Yulius menceritakan kronologis kaburnya kedua narapidana ini bermula ketika Satriandi meminta izin pada petugas jaga untuk mengambil kiriman paket.

"Kronologis kejadiannya sekitar 16.30 WIB. Kebetulan saya baru sampai ke rumah kemudian ditelepon bahwa ada tahanan yang melarikan diri. Awalnya yang bersangkutan meminta izin untuk mengambil kiriman tapi dia tetap memaksakan diri untuk ke pintu P2U," ujarnya.

Saat itu, hanya ada satu orang petugas yang berjaga. "Penjaga ada dua orang untuk pintu terakhir tapi yang satu kuliah karena kita ada juga kerja sama dan satu berjaga," ucapnya.

Meskipun sudah dilarang, Satriandi tetap memaksakan diri menuju pintu depan. Dia bahkan sempat mengancam petugas dengan senjata yang diduga senjata api dan memukul petugas tersebut.

"Dia diusir oleh petugas tapi tetap maju menodongkan pistol. Petugas dipukul sambil ditodong yang diduga senpi warna silver," ungkapnya.

Setelah petugas dibuat tak berdaya, Satriandi yang menggunakan tongkat lantaran kakinya patah dibantu oleh Nugroho untuk masuk ke dalam mobil yang telah menunggunya di depan pintu Lapas.

"Dia pakai tongkat karena dibantu temannya Nugroho untuk berjalan. Dia sendiri yang membuka. Tidak dikunci gembok sama petugas," tuturnya.

Dalam pantauan, tampak pada teras di depan pintu Lapas bekas ban mobil yang membawa kabur Satriandi.

Sebelum melarikan diri, Satriandi sempat dijenguk oleh adik kandungnya Hasbi dan seorang wanita bernama Resti Wahyuni.

"Data pengunjung sekitar jam 11 menurut informasi Resti Wahyuni dan Hasbi (adik kandungnya)," ungkapnya.

Pelarian ini diduga telah direncanakan oleh Satriandi. Hal itu diperkuat dengan adanya mobil X Trail berwarna hitam yang menunggunya di depan pintu Lapas.

"Seperti nya direncanakan karena tadi siang ada yang besuk yang diindikasikan yang menyupir. Pantauan mobil di luar berdasarkan petugas yang mengejar mobil X Trail warna hitam yang diindikasi menyupir Hasbi yang menjenguk tadi siang tadi," katanya.

Sebelumnya Satriandi ditahan di Rutan Sialang Bungkuk, saat tahanan kabur pada Jumat (5/11) lalu Satriandi dipindahkan ke Lapas Klas IIA ini karena terindikasi akan melakukan pemberontakan apabila tetap diletakkan di Rutan. 

"Karena diindikasi akan melakukan pemberontakan lagi," tuturnya. 

(ano)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews