Publik Ingin Capres Alternatif, Jokowi Tidak Aman di Pilpres 2019

Publik Ingin Capres Alternatif, Jokowi Tidak Aman di Pilpres 2019

Presiden Joko Widodo. (foto: ist/net)

BATAMNEWS.CO.ID, Jakarta - Sejumlah lembaga survei merilis elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) menuju Pilpres 2019, tidak aman. Pasalnya, sebagai petahana, elektabilitas Jokowi berada di bawah 50 persen.

Survei tentang elektabilitas capres menjelang Pemilu 2019 dirilis Political Marketing Consulting (PolMark) Indonesia pada Minggu (22/10/2017). Hasilnya, Jokowi berada di peringkat pertama dengan perolehan suara 41,2%. Kemudian disusul Prabowo Subianto dengan 21% dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 2,9%. 

"Jadi, berdasarkan survei yang dilakukan, maka yang memilih Jokowi 44,2 persen," kata Direktur PolMark Indonesia Eep Saefulllah Fatah di Batik Teras Kuring, SCBD, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Minggu (22/10). 

Jika pilpres digelar saat ini, baik Prabowo maupun Jokowi mengalami penurunan pemilih. Menurut Eep, penurunan pemilih keduanya bisa dimaknai secara negatif. Berdasarkan hasil survei itu, banyak pemilih yang belum mantap kepada Jokowi dan Prabowo.

"Artinya, kemungkinan perpindahan mereka masih terbuka. Kemudian ketiga, untuk variabel waktu, 2019 masih cukup lama. Makanya saya katakan, harus hati-hati kalau Pak Jokowi dan Prabowo karena bisa jadi akan muncul calon alternatif dari situasi yang sangat situasional saya katakan tadi," terang Eep.

Tak hanya PolMark, Lembaga Media Survei Nasional (Median) juga merilis survei elektabilitas pada 2 Oktober 2017. Hasilnya, Presiden Jokowi menempati posisi teratas dengan perolehan suara 36,2%. Ia unggul jauh dari Prabowo, dengan 23,2%.

Namun, jika diakumulasi, ada 40,6% publik yang ingin capres alternatif selain Jokowi dan Prabowo. "Saat ini, terlihat publik menginginkan adanya alternatif figur kepemimpinan nasional selain Jokowi dan Prabowo. Bisa dilihat, dari jumlah pemilih yang menjawab tidak ingin keduanya sebesar 40,6%. Ini lebih besar ketimbang pilihan terhadap Jokowi atau pilihan terhadap Prabowo," ujar Direktur Eksekutif Median Rico Marbun di Rumah Makan Bumbu Desa Cikini, Jakpus, Senin (2/10) lalu.

Kemudian lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) juga merilis survei elektabilitas. Berdasarkan hasil top of mind, Jokowi meraih hasil 38,9%. Ia unggul dari Prabowo, yang duduk di posisi ke-2, dengan 12,0%.

"Bila pemilihan presiden diadakan sekarang (waktu survei, awal September 2017), Jokowi mendapat dukungan terbanyak. Selanjutnya Prabowo Subianto. Dalam jawaban spontan, dukungan untuk Jokowi pada September 2017 ini sebesar 38,9%, dan Prabowo 12%. Nama-nama lain di bawah 2%," ujar Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan dalam jumpa pers di kantornya, Jl Cisadane, Jakpus, Kamis (5/10). 

SMRC juga menggelar survei dengan metode semiterbuka. Hasilnya, Jokowi lagi-lagi unggul dengan perolehan 45,6% dan Prabowo di posisi ke-2 dengan 18,7%.

"Dalam 3 tahun terakhir, bagaimana pun simulasinya, elektabilitas Jokowi cenderung naik dan belum ada penantang cukup berarti selain Prabowo. Prabowo pun cenderung tidak mengalami kemajuan," paparnya.

Dari ketiga lembaga survei tersebut, elektabilitas Jokowi sebagai petahana berada di bawah 50%. Dua lembaga survei, seperti PolMark dan Median, menyebut masih ada peluang bagi pemilih untuk calon alternatif selain Jokowi dan Prabowo. 

Soal elektabilitas di bawah 50% disebut rawan oleh Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria. Dengan elektabilitas petahana itu, dia optimistis sang Ketum, Gerindra Prabowo Subianto, bisa menang melawan Jokowi dalam Pilpres 2019. 

Riza mengatakan sejumlah lembaga survei menyebutkan tingkat keterpilihan sang petahana belum menembus angka 50 persen. Riza menyebut elektabilitas Jokowi berada pada titik rawan. 

"Saya meyakini bahwa dengan elektabilitas Pak Jokowi yang di bawah 50% sebagai incumbent, itu angka yang rawan. Bahkan saya menyebutnya sebagai angka merah," tuturnya.  

(ind)


Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews