Cerita Teteh dan BP Batam di Pojok Cafe

Cerita Teteh dan BP Batam di Pojok Cafe

Mereka membahas kerja BP Batam di salah satu pojok cafe di Batam. (Foto: nemo/batamnews.co.id)

BERBUSANA biru, ia menempati meja di sudut mengarah ke pintu masuk kedai Lecafe, Sei Panas, Batam, pada bulan ramadhan, Rabu (21/6/2017). Ditingkahi asap rokok yang mengepul-ngepul,  dua pria duduk takzim sambil manggut-manggut mendengar si perempuan setengah baya bicara berapi-api

Ia mengomentari setiap kritik untuk BP Batam dari berbagai media. “Semuanya tidak benar. Saya mau menjawabnya, tapi Pak Tanto meminta saya bersabar,” perempuan berbaju biru itu bicara dengan volume suara yang lumayan kencang, ia mengepalkan tinju, matanya kadang mendelik. Tiga pria itu tetap takzim dan mengangguk-angguk.

Seorang di antara pria itu, kadang menjauh menerima telepon dan berbicara cukup serius. Kemudian balik lagi, duduk dan menyimak pembicaraan. Sejenak mereka merepatkan wajah ke arah meja, lalu berbicara setengah berbisik. Tapi tak jelas apa yang dibicarakannya.

Melihat tingkah polah perempuan dan tiga pria di depannya itu, kami duduk di seberang meja mereka memasang telinga menyimak pembicaraan. Juga memotret dan merekamnya setiap pembicaraan itu.

Setelah seorang pria di depannya pamit, berganti pria lain yang datang menghampiri. Kali ini datang lagi satu pria lagi yang tentu saja kami mengenalnya, dialah Ketua KNPI Batam, Kadarisman. Mereka juga duduk takzim di depan perempuan itu.

Salah satu di antara pria ada yang menyapanya “Teteh”.  Dalam bahasa Sunda, “Teteh” itu berarti “kakak perempuan”. Sapaan seperti ini menunjukkan keakraban antara adik dan kakak.

Si Teteh, manarik kursi di sisi kirinya. Lalu ia mengangkat kedua kakinya ke kursi itu, sehingga roknya –atau celana pendek tak begitu jelas-- tersingkap. Ia membahas persoalan yang akrab dengan BP Batam, di antaranya adalah soal  HPL dan UWTO bersama pria-pria itu.

Tiba-tiba suara “Teteh” terdengar nyaring lagi. “Dia tahu apa? Saya yang mengawal barang itu sampai ke atas. Tapi sepeser pun......” tak begitu jelas kedengaran lagi suaranya kendati kami sudah melebarkan telinga. Tiga pria di depannya tetap mendengar dengan takzim. Sejenak kemudian dua pria pamit, termasuk Kadarisman.

Sampai di sini, tak kedengaran ucapan nama lengkap tentang “Pak Tanto” yang disebut si “Teteh” itu. Begitu akrabnya penyebutan nama itu. Siapa gerangan “Pak Tanto” itu, dan siapa pula si “Teteh” ini? *** (nemo)


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews