Masjid di Singapura Ini Terbuka Bagi Segala Umat, Mengoleksi Injil dan Taurat

Masjid di Singapura Ini Terbuka Bagi Segala Umat, Mengoleksi Injil dan Taurat

Sekilas tampak tidak ada yang berbeda dari masjid ini, namun ada satu hal yang membuat mesjid ini istimewa, mereka memperbolehkan bahkan menyambut hangat pengunjung non-Muslim. (Foto: BBC.com/indonesia)

BATAMNEWS.CO.ID, Singapura - Apakah masjid boleh menerima pengunjung non-Muslim? Masjid Ba'alwie di Singapura kerap menerima pengunjung non Muslim dan mengadakan dialog lintas agama.

Keterbukaan ini, menurut pengamat, dapat meningkatkan toleransi dan bahkan menangkal radikalisme.

Masjid Ba'alwie terletak di daerah perumahan di Bukit Timah Singapura. Kompleks masjid terdiri dari bangunan masjid satu lantai dengan menara yang tidak terlalu tinggi, sekilas tampak tidak ada yang berbeda dari masjid yang didominasi warna putih dan cokelat ini,

Namun ada satu hal yang membuat masjid ini istimewa -mereka memperbolehkan bahkan menyambut hangat pengunjung non-Muslim. Seorang pengusaha Indonesia yang beragama Kristen, Sahala Panjaitan, adalah salah satunya.

"Saya tidak pernah masuk ke masjid di Indonesia. Jadi ini pertama kali saya masuk ke masjid di mesjid Baalwie di Singapura ini. Imam besar Habib Hassan al-Atas menyambut saya seperti saudara lama yang entahpulang dari mana. Menyambut, memberikan minum, memberikan saya makan bahkan menuangkan lauknya langsung dari tangannya ke piring saya," kata Sahala.

Sahala pertama kali menginjakkan kaki di masjid ini awal tahun lalu namun sejak saat itu, dia sudah menganggap masjid ini sebagai 'rumah kedua'nya.

"Karena saya sering ke Singapura untuk urusan bisnis jadi setiap saya ke Singapura, saya usahakan untuk mampir ke masjid ini. Jadi seperti kunjungan wajib, setelah business meeting, saya ke sini," aku Sahala.

"Saya merasa lebih enak lama-lama di sini daripada habis business meeting tidur di hotel."

Jika berada di Masjid Ba'alwie, Sahala biasanya mengobrol sambil menikmati kopi dengan pemimpin dan para pengurus masjid, mulai dari permasalahan agama hingga bisnisnya.

Bukan hanya Sahala yang disambut dengan hangat. Saya dan juru kamera Haryo Wirawan juga disambut dengan keramahan oleh para pengurus masjid dan pemimpin masjid Habib Hassan al-Atas.

"Ketika kami tiba sesaat sebelum salat Jumat, pengurus masjid membawa kami ke sebuah ruang tunggu, yang ternyata sengaja disediakan bagi jemaah atau pengunjung yang ingin beristirahat."

Pemimpin masjid sekaligus anak dari pendiri masjid ini, Habib Hassan al-Atas pun menemui kami, meski singkat karena dia harus segera mengumandangkan azan. Namun, sebelum pergi dia memastikan kami nyaman menunggu di ruangan tersebut.

Selain itu, masjid ini pun memiliki koleksi Injil dan Taurat, kitab suci Yahudi.

Lantas, mengapa masjid ini begitu terbuka - dengan kaum non muslim yang datang bukan untuk beribadah dan ajarannya?

Hassan al-Atas berkata bahwa keterbukaan dapat mendorong perdamaian.

"Hidup dengan aman adalah saling hormat menghormati. Dan kita tidak dapat menghormati seseorang itu, kalau kita tidak mengetahui dan mengenal mereka dengan lebih dekat lagi." ***

Baca selengkapnya dari tautan BBC.com/indonesia


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews