Di Singapura, Gubernur Sumatera Selatan Pastikan Tak Produksi Asap Tahun Ini

Di Singapura, Gubernur Sumatera Selatan Pastikan Tak Produksi Asap Tahun Ini

Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin. (viva.co.id)

BATAMNEWS.CO.ID, Singapura - Tidak akan ada kabut dari provinsi Sumatera Selatan tahun ini, kata Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin pada Kamis (7/4/2017).

Alex Noerdin mengatakan berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi risiko kebakaran hutan. Ini dilakukan setelah episode asap pada 2015, kemudian pada 2016 tanpa asap sama sekali.

"Tahun ini, kami akan terus memperkuat upaya kami ... ada api berarti tidak ada kabut asap dari provinsi Sumatera Selatan tahun ini, dan tahun depan, dan tahun depan," kata Noerdin. Sumatera Selatan adalah tempat titik  kebakaran yang berkontribusi besar pada kabut 2015.

Alex Noerdin berbicara soal bebas kabut asap ini kepada sejumlah media di sela-sela konferensi internasional mengenai kabut, yang diselenggarakan oleh think-tank Singapore Institute of International Affairs dan diadakan di St Regis Singapore.

Pada 2015, wilayah yang dipimpin Alex Noerdin terganggu dengan kabut terburuk, karena cuaca panas dan kering disebabkan oleh fenomena cuaca El Nino mengakibatkan hutan di Indonesia terbakar hebat untuk waktu yang lama. Sebagian besar kebakaran terkonsentrasi di provinsi yang memiliki lahan gambut sangat luas ini.

Lahan gambut menjadi mudah terbakar ketika terkuras untuk perkebunan kelapa sawit dan kayu pulp. Petani dan perusahaan agroforestry  dituding sebagai penyebab kebakaran. Sebab membuka lahan dengan cara tebang-dan-bakar.

Kemudian dilakukanlah upaya pencegahan. Misalnya, kanal di perkebunan telah diblokir untuk kembali membasahi-lahan gambut. "Selain itu, dilakukan sosialisi bahaya kebakaran hutan ke petani-petani kecil, kepada mereka juga diberi pendidikan tentang alternatif untuk memangkas-dan-bakar," kata Noerdin.

Selama acara, Menteri Lingkungan dan Sumber Daya Air Singapura Masagos Zulkifli  memuji Noerdin dan pemerintah Indonesia yang telah mengambil "tindakan positif" untuk mengatasi kabut.

Masagos menunjukkan bahwa ada lebih dari 100 hot spot di Indonesia pada 2016, ini kemajuan yang sangat signifikan dibandingkan dengan ribuan titik api yang tercatat tahun sebelumnya.

Pemerintah Indonesia juga dinilai merespon dengan cepat ketika kebakaran lahan dan hutan terjadi di Riau padaJanuari karena kondisi cuaca kering.

Masagos juga menunjuk langkah-langkah jangka panjang yang ditempuh Indonesia untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan pada sumbernya. Pada 2016, pemerintah Indonesia mengumumkan moratorium lima tahun pada lisensi baru untuk membangun konsesi kelapa sawit.

"Moratorium akan menghentikan pengeringan dan pembukaan lahan gambut kaya karbon baru. Keputusan ini meluas ke lahan konsesi yang sebelumnya lisensi untuk perusahaan perkebunan juga," kata Masagos.

Dia menambahkan bahwa langkah Jakarta juga dipuji oleh Direktur Eksekutif Program Lingkungan Hidup PBB Erik Solheim, yang menyebutnya sebagai "keputusan yang positif dan bersejarah, baik untuk Indonesia dan untuk upaya global mengatasi perubahan iklim".

Tapi di luar upaya pemerintah,  Masagos mengatakan setiap orang memiliki peran untuk memastikan wilayah tersebut tetap bebas kabut.
Masyarakat sipil, misalnya, harus terus dibina kesadaran lingkungan masyarakat, sekaligus menjaga bisnis mereka karena mendorong transparansi yang lebih besar.

Pembeli utama juga harus bersikeras membeli dari produsen yang memiliki standar berkelanjutan, Masagos mengatakan, Pemerintah Singapura akan memimpin dalam hal ini dengan membeli kertas cetak dari sumber bersertifikat.***

Komentar Via Facebook :
close

Aplikasi Android Batamnews