Indonesia Mengukir Sejarah di Momentum 20 Tahun IORA

 Indonesia Mengukir Sejarah di Momentum 20 Tahun IORA

IORA 2017 di Jakarta, Indonesia. (foto: ist/net)

MARET 2017 menjadi periode yang sangat sibuk dan momentum sejarah bagi Indonesia. Selain kunjungan Raja Salman, persiapan Asian Games dan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di 2018, ada juga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Indian Ocean Rim Association (IORA) di Jakarta Convention Center,  5-7 Maret 2017.

IORA yang merupakan organisasi negara-negara pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia sudah berdiri dan berperan selama 20 tahun di kancah dunia Internasional khususnya di kawasan Samudera Hindia. IORA berdiri resmi pada 6-7 Maret 1997.

Pada awalnya, organisasi ini bernama Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC). Tetapi, pada Pertemuan Tingkat Menteri ke – 13 di Perth, nama IOR – ARC dirubah menjadi IORA untuk meningkatkan kesadaran publik bahwa forum ini adalah pemersatu negara-negara Samudera Hindia sebagai satu kawasan.

Tujuan utama pendiriannya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan seimbang bagi seluruh negara anggota dan menciptakan landasan yang kuat bagi kerja sama ekonomi regional melalui upaya-upaya fasilitasi perdagangan dan menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan.

Saat ini IORA beranggotakan 21 negara dimana sebagian anggotanya adalah negara-negara anggota G20, lima negara adalah anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). 21 negara anggota IORA antara lain: Australia, Afrika Selatan, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Sri Lanka, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Tanzania, Thailand, Persatuan Emirat Arab, Yaman, dan Somalia, dan 7 negara mitra dialog yaitu Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Tiongkok, dan Mesir. Terdapat juga 2 organisasi peninjau di IORA yaitu Indian Ocean Tourism Organization(IOTO) dan Indian Ocean Research Group (IORG).

Organisasi ini sebenarnya berdasarkan pada prinsip regionalisme terbuka untuk memperkuat kerja sama ekonomi, khususnya memfasilitasi perdagangan, investasi, parawisata, dan promosi kerjasama pembangunan sosial di kawasan.

IORA sendiri mulai bertumbuh pesat pada beberapa tahun terakhir. Pencapaian yang diraih dapat dilihat pada perkembangan organisasi yang menjadi lebih luas dan dalam perluasan keanggotaan. Performa IORA makin aktif sejak keketuaan India pada 2011 – 2013 dan Australia pada 2013 – 2015.

Realisasi komitmen kerja sama berbagai bidang terwujud dalam sejumlah plat formnya, yaitu Council of Minister (COM), Committee of Senior Officials (CSO), Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG), Indian Ocean Rim Business Forum (IORBF), Working Group on Trade and Investment (WGTI), TROIKA (fora dengan format Ketua IORA, Wakil Ketua IORA dan Ketua IORA sebelumnya) dan Working Group of Heads of Mission (WGHM).

Setelah Australia Indonesia mendapatkan tongkat estafet sebagai ketua IORA. Indonesia secara resmi memegang keketuaan IORA periode 2015 – 2017 dengan Afrika Selatan sebagai Wakil Ketua pada Pertemuan Tingkat Menteri (PTM) ke – 15 di Padang. Indonesia merupakan satu-satunya ketua IORA yang menetapkan tema selama masa keketuaan, yaitu "Strengthening Maritime Cooperation in a Peaceful and Stable Indian Ocean".

Di usia IORA yang ke- 20 tahun ini, Indonesia ingin mengukir sejarah dengan menjadi Tuan Rumah sekaligus menjadi ketua IORA. Setelah 20 tahun , baru pertama kali IORA menyelenggarakan KTT yang di hadiri para pemimpinnya. Ini merupakan sejarah baru untuk IORA karena Inisiatif Indonesia. Jelas dengan inisiatif tersebut Indonesia ingin menegaskan komitmennya untuk memajukan IORA dan menjadikan organisasi ini memiliki peran Penting di dunia Internasional.

Peran Indonesia nampak jelas ketika gagasan dan prakarsa strategis Indonesia pada masa keketuaannya yang telah disetujui. Sejumlah gagasan yang disetujui antara lain: membentuk IORA Concord sebagai outcome strategis 20 tahun IORA, dan penyelenggaraan KTT IORA pada Maret 2017.

Dalam kapasitasnya tersebut, Indonesia menetapkan prioritas untuk memperkuat regionalisme di kawasan Samudera Hindia melalui pembentukan IORA Concord, mengutamaan gagasan Poros Maritim Dunia, memajukan kerja sama IORA dan isu lintas sektoral dan melanjutkan penguatan institusi. IORA Concord nantinya akan menjadi dasar negara-negara anggota IORA untuk situasi melihat kondisi masa kini dan mempersiapkan IORA menghadapi tantangan-tantangan di masa depan.

Indonesia berkomitmen untuk mengadakan program kegiatan konkrit bekerjasama dengan Kementerian dan Lembaga RI terkait. Sejumlah programnya antara lain: The 3rd Indian Ocean Dialogue, International Symposium "IORA 20thAnniversary: Learning from Past and Charting the Future, IORA Business Innovation Center (BIC), IORA Guide for Investment, The 2nd Blue Economy Conference Regional Workshop: "Interseksi Kebudayaan dan Peradaban  di Samudera Hindia", dan IORAG Cultural Expo.

Konferensi Tingkat Tinggi IORA yang pertama ini rencananya akan diikuti 16 tokoh VVIP dari berbagai negara anggota IORA seperti Presiden, Wapres, Perdana Menteri, dan Wakil Perdana Menteri dimana beberapa tokoh yang sudah dipastikan hadir di antaranya Presiden Afrika Selatan, Perdana Menteri Malaysia, Perdana Menteri Australia, dan Wakil Presiden India.

Sementara itu,  jumlah peserta secara umum, sejauh ini terhitung ada 477 orang, dan ke-477 orang itu akan mengawali kegiatannya di KTT IORA dengan mengikuti business summit. Hal tersebut menjadi momentum bagi Indonesia menunjukan kepemimpinannya di IORA dan semakin meneguhkan komitmen Indonesia sebagai poros maritim dunia selaras dengan komitmen Presiden Joko Widodo karena bagi Indonesia Samudera memiliki arti penting baik secara historis, ekonomi, maupun geopolitik.

Seperti yang dikutip ungkapan Presiden Jokowi,”Kita ini sudah terlalu lama memunggungi laut, padahal jati diri kita adalah Negara maritim”, dari kutipan tersebut Presiden ingin menyadarkan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak lupa kepada laut dan mengingatkan kepada masyarakat bahwa Indonesia merupakan Negara maritim.

Presiden Jokowi dengan keseriusannya menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 16 tahun 2017 tentang kebijakan kelautan Indonesia. Dengan Perpres tersebut ingin kembali ditegaskan narasi besar Indonesia sebagai poros maritim dunia yang memuat garis-garis besar landasan kebijakan kelautan Indonesia melalui strategi pertahanan dan penetapan garis delimitasi batas negara, serta pokok-pokok kebijakan pengembangan kelautan nasional.

Dengan adanya 2,7 miliar penduduk di kawasan Samudera Hindia, kemudian Samudera ini dilalui setengah dari kontainer di dunia, sepertiga kapal kargo dunia, dan dua per tiga perkapalan energi dunia, maka menunjukkan betapa penting dan besar potensi Samudera Hindia.

Oleh sebab itu, merupakan keputusan yang tepat dan strategis jika Indonesia ingin menjadi yang terdepan memimpin IORA. Setelah Indonesia bermain di Asia, Asean dan Asia Pasific, Indonesia ingin memainkan perannya juga sebagai Leader di kawasan lingkar Samudera Hindia. Dengan begitu cita-cita Indonesia menjadi pemimpin Samudera Hindia dapat terwujud.

Dengan sangat strategisnya keberadaan IORA, Indonesia pun sudah menyiapkan enam prioritas untuk dibahas di KTT IORA. Dari mulai keamanan dan keselamatan maritim, fasilitas perdagangan dan investasi, manajemen risiko bencana, manajemen perikanan, akademi dan iptek, serta pariwisata dan pertukaran budaya. Pembahasan enam prioritas tersebut sangat penting di dalam forum IORA karena dapat menjamin keamanan di lingkaran Samudera Hindia dan dapat menggerakan potensi ekonomi yang ada.

Jika dilihat dari perdagangan, 70 persen jalur perdagangan di dunia melalui Samudera Hindia. Salah satu kegiatan ekonomi yang penting Samudera Hindia adalah sebagai jalur distribusi minyak dan gas. Tidak hanya itu, perdagangan intra-regional IORA di tahun 2015 juga meningkat 300 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 nilai perdagangan antara negara-negara IORA mencapai 777 miliar dolar AS atau tumbuh dibandingkan tahun 1994 yang masih di angka 233 miliar dolar AS. Sehingga bisa disimpulkan bila IORA merupakan forum kerjasama antar negara terbesar di kawasan Samudera Hindia, Indonesia bisa mengambil keuntungan.

Indonesia juga berpeluang membangun kemitraan lebih erat dengan para anggota IORA sebagai growing partners dan pasar ekspor nontradisional. Kemudian potensi ekspor di pasar Afrika yang mencapai 550 miliar dolar AS pada 2016 tidak boleh dianggap remeh. Nilai perdagangan Indonesia dan Afrika baru mencapai 4,2 miliar dolar AS.

Begitu juga dengan potensi ekspor di pasar Timur Tengah yang mencapai 975 miliar dolar AS. Tetapi realisasi ekspor Indonesia baru mencapai 5 miliar dolar AS. Melalui IORA, Indonesia dapat menjajaki peningkatan cakupan jalinan kerja sama perdagangan bilateral dan multilateral dengan beberapa negara kunci, seperti Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, Bangladesh dan Iran, serta Amerika Serikat dan Inggris. Disisi lain KTT IORA ini memang menjadi entry point Indonesia untuk melebarkan sayap kerja sama dengan Benua Afrika yang selama ini belum terlalu banyak di eksplorasi dan dijajaki.

Sementara itu, kerjasama di bidang pariwisata juga menjadi potensi besar bagi Indonesia. Dalam KTT IORA ini Indonesia memiliki peluang untuk mempromosikan 10 destinasi pariwisata prioritas yang dijadikan sebagai” Bali Baru”. Tawaran investasi ini sepertinya akan diminati banyak Investor. Daya tariknya banyak. Mulai dari penetapan sektor prioritas pembangunan nasional bersama infrastruktur, pangan, energi dan maritim, sumbangsih 10% PDB nasional yang prosentasenya tertinggi di ASEAN hingga devisa yang menembus USD 1 juta dan menghasilkan PDB USD 1,7 juta atau 170%.

Tahun 2019 Indonesia menargetkan kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara. Untuk mendukung target tersebut, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan sejumlah  regulasi antara lain; memberikan bebas visa kunjungan singkat (BVKS) kepada 169 negara, mempermudah izin masuk kapal yacht, dan kapal pesiar  ke perairan Indonesia dengan mencabut Clearance Approval for Indonesia Territory (CAIT).

Indonesia juga tengah membangun 10 destinasi pariwisata prioritas sebagai “Bali Baru” mulai dari Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Bromo Tengger Semeru (JawaTimur), Mandalika (Lombok, NTB), Labuan Bajo (Flores, NTT),Wakatobi (Sulawesi Tenggara); dan Morotai  (Maluku), semua tengah dibangun. Ditahun 2017 ini program konektivitas udara, Go Digital dan homestay juga akan ditawarkan kepada peserta KTT IORA.

Dengan begitu besarnya potensi kerjasama dan banyaknya kehadiran para pemimpin dunia dalam KTT IORA di Jakarta, merupakan momentum besar bagi bangsa ini dan masyarakatnya melihat dan menyambut KTT IORA sebagai Konferensi tingkat Tinggi yang tidak kalah dengan KTT bertaraf Internasional lainnya karena Mata Dunia kini sedang melihat Indonesia yang memimpin IORA menjadi organisasi yang besar dan memiliki nilai tawar yang tinggi di kancah dunia Internasional.

Yang terpenting dari semuanya itu Indonesia akan membuktikan dan mengukir sejarah sebagai pemimpin IORA yang menjadi Poros Maritim Dunia.

Oleh: Jordan Josua
Penulis adalah Pemerhati Masalah Hubungan Internasional


Komentar Via Facebook :

Berita Terkait

close

Aplikasi Android Batamnews